Volume Perdagangan SUN Akhir Pekan Kemarin Tercatat Senilai Rp45,69 Triliun dari 36 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Utang Negara pada akhir pekan kemarin (Jumat, 16/12/2016), mengalami lonjakan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp45,69 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,29 triliun.
Menurut analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra, lonjakan volume perdagangan didominasi oleh perdagangan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 yang mencapai Rp38,89 triliun dari 94 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,27% yang diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp2,53 triliun dari 27 kali transaksi di harga rata - rata 102,46%.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp160,8 miliar dari 20 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Obligasi Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 Seri B (SSMM01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp30 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,41% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Mitra Adiperkasa Tahap III Tahun 2014 Seri B (MAPI01BCN3) senilai Rp24 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 103,97%,ââÅ¡¬ jelas I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Senin (19/12/2016).
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup melemah sebesar 12,00 pts (0,09%) pada level 13395,00 per dollar Amerika.
Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13365,00 hingga 13432,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah cenderung mengalami pelemahan hampir pada keseluruhan sesi perdagangan meskipun sempat menguat terbatas jelang berakhirnya sesi perdagangan di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika.
Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional yang diiktui oleh Dollar Singapura (SGD) dan Rupee India (INR). Sementara itu, Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR).
Dalam sepekan terakhir, mata uang regional mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika seiring dengan penguatan mata uang dollar Amerika terhadap mata uang global pasca keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan. Yen Jepang memimpin pelemahan mata uang regional (2,25%) yang diiktui oleh Won Korea Selatan (1,51%) dan Ringgit Malaysia (1,19%).

