MARKET REVIEW - Selasa (22/11/2016)

foto : istimewa

Pasardana.id - Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, Selasa (22/11/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan menyoroti beragam sentiment baik dari faktor eksternal maupun domestik, yang diperkirakan bisa menjadi pertimbangan para investor dalam perdagangan di lantai bursa pada hari ini, Selasa (22/11/2016).

Berikut ini market review yang dipaparkan;

Wall Street Review

Bursa Wall Street ditutup mengalami penguatan, dimana Dow Jones tercatat menguat +0.47% pada level 18,956.69, S&P 500 tercatat menguat +0.75% pada level 2,198.18 dan Nasdaq tercatat mengalami penguatan +0.89% pada level 5,368.86. EIDO mengalami pelemahan sebesar -1.30% pada level 23.54.

Mayoritas Indeks mencatatkan rekor tertinggi secara rata-rata untuk pertama kalinya sejak tahun 1999. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kenaikan harga minyak mentah dunia akibat dari optimisme kesepakatan pemangkasan output produksi minyak mentah dunia oleh OPEC, rencana dan strategi dari Donald Trump yang akan memangkas pajak dan mengalokasikan anggaran yang lebih tinggi untuk memacu pembangunan infrastruktur sehingga lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

Dengan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi pada kendali Donald Trump dibandingkan Hillary Clinton, maka Janet Yellen menegaskan bahwa The Fed akan segera menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat, untuk mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pasar percaya bahwa probabilitas kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Desember 2016 adalah sebesar 100%, meningkat dibandingkan bulan November yang hanya sebesar 68%.

Dollar Spot Index menurut data Bloomberg mengalami pelemahan sebesar -0.27% pada level 100.94. Sedangkan Yen mengalami penguatan setelah terjadi peringatan tsunami di wilayah Fukushima.

Komoditas

Harga minyak mentah dunia mengalami penguatan, dimana minyak WTI tercatat menguat sebesar +3.94% pada level 47.49 USD/barel dan minyak Brent mengalami penguatan sebesar +4.42% pada level 48.93 USD/barel.

Harga Emas mengalami penguatan +0.48% pada level 1,213.71, harga batu bara untuk kontrak bulan Januari 2017 tercatat menguat sebesar +1.43% pada level 81.50 USD/metric tonnes. Untuk harga CPO berdasarkan MPOC tercatat mengalami pelemahan sebesar -0.24% pada level 2,869 RM/metric tonnes.

Harga tembaga mengalami penguatan sebesar +2.16% pada level 253.15 USD/lb.

Penguatan harga minyak mentah dunia terjadi setelah Iran memberikan sinyal optimis bahwa OPEC sepakat untuk memangkas output produksi minyak mentah dunia, dan Irak akan membuat proposal baru untuk membantu menyatukan pendapat sebelum pertemuan minggu depan di Wina.

Indonesia Market

Kebijakan Donald Trump yang memproteksi perekonomian Amerika Serikat dari perdagangan global dan lebih fokus dengan perekonomian dalam negeri, secara relatif berdampak negatif terhadap perekonomian negara Emerging Market, khususnya Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor dengan komposisi cukup besar bagi Indonesia. Dampak tersebut tercermin dari Indeks EIDO yang justru mengalami pelemahan disaat Bursa Wall Street mencapai rekor tertinggi sejak tahun 1999, karena kebijakan Donald Trump diperkirakan baik untuk perekonomian dalam negeri Amerika Serikat, namun berdampak kurang baik bagi negara Emerging Market di dunia.

Selain sentiment global diatas, dari dalam negeri, Indonesia mengalami kondisi perekonomian yang tidak terlalu mulus di akhir tahun 2016. Mulai dari realisasi cukai yang hanya sebesar 64% atau sebesar Rp 116 Triliun dari target realistis pemerintah yang sebesar Rp 181 Triliun, Defisit APBN-P yang sebesar 2.7% terhadap PDB, Belanja Modal yang baru mencapai 47.7% dari target atau sebesar Rp 98 Triliun.

Pada intinya di akhir tahun 2016, pemerintah lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan likuiditas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada level 5%.

Sementara itu, kondisi politik juga cenderung tidak terlalu kondusif, mengingat aksi damai yang dilakukan oleh masyarakat untuk menuntut penindakan hukum dari calon gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait dugaan penistaan agama. Selain itu isu rush money yang terus ditindaklanjuti oleh pemerintah dan dianggap sebagai tindakan melanggar hukum Karena cenderung merugikan negara.

Investor asing terus melakukan aksi jual, dan pada peradagangan kemarin Senin, 21 November 2016, Investor Asing mencatatkan net sell sebesar Rp 141.5 Milyar. Secara Akumulasi, sejak angka tertinggi pada 26 Agustus 2016, Investor Asing telah mencatatkan akumulasi net sell sebesar Rp 14.1 Triliun.

Hal tersebut lebih dipengaruhi faktor profit taking sejak awal tahun, terpilihnya presiden baru Amerika Serikat dan optimism kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Desember 2016. Pemerintah diharapkan terus menjaga stabilisasi perekonomian Indonesia, sehingga mampu menahan derasnya capital outflow.

Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami konsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas dan cenderung ditopang oleh sector komoditas, mengingat harga minyak dunia dan komoditas lainnya mengalami penguatan.

Investor harus tetap mewaspadai pengaruh dari penurunan EIDO. IHSG diperkirakan bergerak pada range harga 5,100 - 5,150.