ANALIS : Secara Teknikal, Harga SUN Masih Dalam Tren Menurun

foto : istimewa

Pasardana.id - Pada perdagangan hari ini diperkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpotensi mengalami kenaikan meskipun akan dibatasi oleh faktor penguatan dollar Amerika terhadap mata uang global yang diperkirakan juga akan menekan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini.

Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (17/11/2016), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan bahwa imbal hasil surat utang global pada perdagangan Rabu (16/11) kemarin, bergerak cukup bervariasi sebagai respon atas ekspektasi kebijakan Presiden terpilih Donald Trump serta kebijakan Bank Sentral Amerika yang akan diambil pada pertemuan di bulan Desember mendatang.

Dijelaskan, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 2,214% mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya di level 2,220% setelah sempat naik hingga ke level 2,261%.

Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup turun pada level 0,289% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,306% sedangkan imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) justru terlihat naik ke level 1,384% dari posisi penutupn sebelumnya di level 1,377%.

Imbal hasil surat utang Jepang juga mengalami kenaikan di level 0,018% setelah Bank Sentral Jepang (BOJ) mengumumkan bahwa tidak ada perubahan kebijakan jumlah pembelian obligasi di pasar sekunder.

Sedangkan dari dalam negeri, lanjut I Made, pelaku pasar akan menantikan kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Indonesia di mana konsensus analis memperkirakan bahwa suku bunga acuan masih akan dipertahankan di posisi 4,75%.

"Analis juga akan mencermati kebijakan yang akan diambil oleh Bank Indonesia sebagai respon atas fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang cenderung melemah pasca pemilihan umum Presiden Amerika Serikat," terangnya.

Adapun secara teknikal, menurut I Made, harga Surat Utang Negara secara umum masih berada pada tren penurunan meskipun mulai meninggalkan area jenuh jual (oversold) dan level support-nya setelah mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin.

"Kami perkirakan hal tersebut dalam jangka pendek masih akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder terlebih juga didukung oleh investor asing yang masih menunjukkan penjualan bersih terhadap Surat Utang Negara di bulan November 2016," jelasnya.

"Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder," imbuhnya.

"Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) seperti dana pensiun dan asuransi jiwa, kami masih merekomendasikan beli terhadap Surat Utang Negara di tengah tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang masih cukup menarik di tengah melandaiya tingkat suku bunga deposito perbankan serta pasar saham yang juga masih bergerak berfluktuasi. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, strategi trading jangka pendek dengan menggeser portolio dari tenor panjang ke tenor pendek akan cukup tepat di tengah kondisi pasar yang cukup berfluktuasi dengan pilihan diantaranya ada pada seri FR0066, FR0069 dan FR0036," tandas dia.