MARKET REVIEW Senin (14/11/2016)
Pasardana.id - Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id di Jakarta, Senin (14/11/2016), Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan menyoroti beberapa sentimen yang diprediksi bakal mempengaruhi perdagangan saham hari ini, Senin (14/11/2016).
Berikut ini beberapa sentimen yang dimaksud;
Wall Street Review
Wall Street ditutup bervariasi, dimana Dow Jones tercatat menguat +0.21% pada level 18,847.66, S&P 500 tercatat melemah -0.14% pada level 2,164.45 dan Nasdaq tercatat mengalami penguatan +0.54% pada level 5,237.11. EIDO mengalami pelemahan sebesar -4.46% pada level 23.37.
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat masih berdampak positif hingga akhir pekan kemarin, berbagai kebijakan yang akan dikeluarkan cenderung positif bagi pembangunan perekonomian Amerika Serikat. Dow Jones kembali mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir, menandakan bahwa pasar berekspektasi lebih terhadap kebijakan Donald Trump dan pasar menunggu susunan kabinet dari Donald Trump.
Tetapi hal tersebut justru melemahkan pasar saham di dunia khususnya emerging market, karena salah satu kebijakan Donald Trump adalah anti perdagangan bebas. Emerging market juga khawatir apabila kebijakan Donald Trump mengenai belanja pemerintah yang cukup tinggi akan mengakibatkan inflasi Amerika Serikat terpacu, sehingga realisasi kenaikan kembali suku bunga acuan Amerika Serikat menjadi semakin cepat.
Dollar Spot Index menurut data Bloomberg mengalami penguatan sebesar +0.28% pada level 99.060.
Komoditi
Harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan, dimana minyak WTI tercatat melemah sebesar -2.80% pada level 43.41 USD/barel dan minyak Brent mengalami pelemahan sebesar -2.38% pada level 44.75 USD/barel. Harga Emas mengalami pelemahan -2.51% pada level 1,227.64, harga batu bara untuk kontrak bulan Januari 2017 tercatat melemah sebesar -3.17% pada level 96.30 USD/metric tonnes. Untuk harga CPO berdasarkan MPOC tercatat mengalami penguatan sebesar +1.72% pada level 2,894 RM. Harga tembaga untuk pertama kalinya mengalami koreksi sebesar -1.65% pada level 250.90 USD/lb.
Pelemahan yang terjadi pada keseluruhan harga komoditas adalah karena menguatnya Dollar Amerika Serikat seiring spekulasi percepatan pembangunan Amerika Serikat yang mengakibatkan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat.
Indonesia Market
Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal ketiga tahun ini sebesar US$ 5,7 miliar. Angka tersebut meningkat 159% dibandingkan kuartal II 2016 yang tercatat sebesar US$ 2,2 miliar. Sedangkan pada kuartal III 2015 masih tercatat sebesar US$ 4,6 miliar. Perbaikan dipengaruhi oleh dana repatriasi dari Tax Amnesty dan perekonomian domestik juga iklim investasi yang membaik, hal tersebut tercermin dari peningkatan kemudahan dalam berinvestasi alias ease of doing business (EoDB) Indonesia ke posisi 91 pada tahun ini.
Peningkatan neraca pembayaran Indonesia (NPI) dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang sebesar US$ 9,4 miliar pada kuartal ketiga tahun ini. Sementara nilainya di kuartal kedua 2016 dan ketiga 2015 masing-masing US$ 7,5 miliar dan US$ 184 juta. Investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) tercatat sebesar US$ 5,2 miliar, meningkat sebesar 73.33% QoQ dari kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 3 miliar, dan meningkat sebesar 188.9% YoY dari kuartal III 2015 yang tercatat sebesar US$ 1.8 miliar. BI mencatat investasi lainnya pada kuartal ketiga tahun ini defisit US$ 2,3 miliar, lebih baik dibanding defisit pada kuartal kedua 2016, yaitu defisit US$ 3,7 miliar. Sementara pada kuartal ketiga 2015, investasi lainnya tercatat surplus US$ 0,3 miliar. Investasi portofolio di kuartal ketiga yang sebesar US$ 6,5 miliar, lebih rendah dibanding kuartal kedua 2016 yang sebesar US$ 8,3 miliar.
Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal ketiga 2016 sebesar US$ 4,5 miliar atau 1,83% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit tersebut lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 5 miliar atau 2,2% dari PDB, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal ketiga 2015 yang sebesar US$ 3,95 miliar atau 1,81% PDB. Cadangan devisa (cadev) kuartal ketiga 2016 mencapai US$ 5,9 miliar. Jumlah tersebut lebih dari dua kali lipat dari cadangan devisa pada kuartal kedua yang sebesar US$ 2,3 miliar.
"Dari rilis data diatas dapat kita ketahui bahwa capital inflow yang terjadi di Indonesia sudah mulai menyasar pada investasi langsung, bukan hanya investasi portofolio, dan penarikan hasil dividend cenderung menurun karena investor masih yakin terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga mereinvestasikan kembali hasil dari dividend di Indonesia," jelas Putu.
Adapun pada perdagangan hari ini, lanjut Putu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan melemah seiring sentiment negatif dari luar negeri dimana EIDO mengalami pelemahan -4.46%. Tetapi pelemahan IHSG akan tertopang oleh data positif neraca pembayaran Indonesia (NPI). Indeks diperkirakan akan bergerak pada range harga 5,160 ââÅ¡¬“ 5,270.

