Volume Perdagangan SUN Pada Perdagangan Kemarin Senilai Rp6,02 Triliun dari 29 Seri
Pasardana.id - Dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Kamis (6/10/2016), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan bahwa volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,02 triliun dari 29 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
"Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya," jelas I Made.
Adapun untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,92 triliun.
Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,35 triliun dari 15 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 109,74% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 6,69% diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp1,15 triliun dari 23 kali transaksi.
Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS006 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp400 miliar dari 2 kali transaksi dengan harga rata - rata 105,50% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 6,64%.
Lebih lanjut diungkapkan, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,19 triliun dari 33 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap I Tahun 2016 (PNBN02CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp400 miliar sekaligus yang paling sering ditransaksikan, yaitu 11 kali transaksi.
Obligasi dengan peringkat "idAA" dan akan jatuh tempo pada 28 Juni 2021 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,00% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 9,149%.
Adapun nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 20,00 pts (0,15%) pada level 12998,00 per dollar Amerika seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika.
Bergerak pada kisaran 12964,00 hingga 13025,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) kemudian diikuti oleh Baht Thailand (THB) dan Ringgit Malaysia (MYR).

