Volume Perdagangan SUN Diperdagangan Kemarin Senilai Rp10,26 Triliun dari 42 Seri

foto : istimewa

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp10,26 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,71 triliun.

Menurut analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra dalam paparan risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Jumat (14/10/2016), Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12161202 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp800 miliar dari 3 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 99,19% diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0073 yang sebesar Rp781,28 miliar dari 27 kali transaksi.

Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR006 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp765,13 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,90% dan diikuti oleh volume perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR007 senilai Rp760,03 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 102,90%.

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp516,3 miliar dari 22 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap IV Tahun 2016 Seri A (FIFA02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160 miliar dari 6 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,12%.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 55,00 pts (0,42%) pada level 13073,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13015,00 hingga 13090,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan seiring dengan tren pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika.

Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) setelah Bank Sentral Korea memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 1,25% serta diikuti oleh pelemahan Rupee India (INR) dan Ringgit Malaysia (MYR).