Ada Perang Rusia-Ukraina, OJK Imbau Pelaku Usaha Waspada Inflasi Global
Pasardana.id - Kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina masih memiliki resiko terhadap perekonomian global.
Menyikapi hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau, para pelaku ekonomi tetap waspada terhadap konflik kedua negara ini berdampak pada minimnya rantai pasok dan mendorong kenaikan harga komoditas.
"Sehingga memicu terjadinya inflasi global," kata Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute dan Keuangan Digital, Imansyah, di Jakarta, Kamis (2/6).
Dia mengungkapkan, pada Maret 2022 lalu, harga komoditas pangan maupun energi di tingkat internasional sempat mengalami peningkatan signifikan.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) tercatat naik dari USD95,72 per barel pada Februari 2022 menjadi USD113,50 per barel atau naik 18,58 persen.
Secara tahunan (yoy), harga ICP meningkat 78,74 persen.
Ada juga beberapa komoditas lain yang mengalami kenaikan, seperti batu bara, nikel, minyak kelapa sawit (CPO), alumunium, emas, dan tembaga.
Kenaikan tertinggi terjadi untuk batu bara USD294,4 per ton, nikel USD33.92 per ton serta CPO USD1.777 per ton.
Selain tren kenaikan harga komoditas tingkat global, Imansyah melihat masih ada sejumlah kondisi, menjadi perhatian bagi para pelaku ekonomi.
Salah satunya, adanya perubahan perilaku di kalangan masyarakat serta dunia usaha yang mengakselerasi ekonomi hijau dan ekonomi digital.
"Sejumlah kondisi tersebut memancing solusi yang inovatif dan efektif dari para pemain ekonomi, termasuk dunia usaha, agar dapat mempertahankan serta mendorong perekonomian dalam negeri," ujarnya.
Asal tahu saja, kemarin (02/6), rilis data inflasi Indonesia bulan Mei naik menjadi 3.55% yoy (prev:3.47% yoy), (SSIf: 3.54% yoy, konsensus: 3.59% yoy), mencapai level tertinggi sejak Desember 2017, seiring akselerasi konsumsi selama perayaan Idul Fitri.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bahwa saat ini dunia tengah menghadapi tiga tantangan yang sama beratnya.
Tiga hal ini, menurutnya, sangat mempengaruhi lingkungan ekonomi seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menkeu juga menyampaikan pemulihan ekonomi dunia dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah, terutama akibat krisis global yang meningkat berasal dari geopolitik yaitu perang di Ukraina.
Dampak dari perang tersebut kemudian menimbulkan spillover dalam bentuk kenaikan barang-barang terutama energi dan pangan dan terjadinya supply disruption.
"Jadi, kita lihat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara mengalami tekanan, nanti akan terlihat terutama di kuartal kedua. Kita lihat di berbagai negara sekarang ini kuartal satunya sudah mengalami penurunan yang cukup konsisten across region," ucapnya.