Spekulasi Kenaikan FFR Juga Berpengaruh Terhadap Imbal Hasil SUN

foto : istimewa

Pasardana.id -Dalam hasil risetnya yang diterima Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (30/8/2016), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan bahwa dampak dari spekulasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) juga berpengaruh terhadap pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri.

"Imbal hasil dari INDO-46 pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan sebesar 1 bps pada level 4,32% setelah mengalami koreksi harga sebesar 25 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-26 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 3 bps pada level 2,11% dan 3,29%," jelasnya.

Lebih lanjut I Made mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan, yaitu senilai Rp6,64 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,13 triliun.

Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp967,4 miliar dari 37 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 109,55% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 7,03%.

Adapun Project Based Sukuk seri PBS009 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, yaitu senilai Rp941,28 miliar dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata 101,59% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 6,53%.

Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,41 triliun dari 40 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap I Tahun 2016 (PNBN02CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp240 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,00% dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,14%.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 55,00 pts (0,42%) pada level 13267,00 per dollar Amerika.

Bergerak melemah pada kisaran 13246,00 hingga 13347,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan menguatnya mata uang dollar Amerika di tengah spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika.

Dollar menguat terhadap sebagian besar mata uang negara berkembang, dimana untuk kawasan regional, pelemahan terbesar didapati pada Won Korea Selatan (KRW) serta diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan rupiah.