BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Cenderung Mendekati Batas Bawah Kisaran 4,9-5,3% (yoy)

foto : istimewa

Pasardana.id - Bank Indonesia (BI) menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2016 cenderung tidak sekuat perkiraan sebelumnya.

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan cenderung mendekati batas bawah kisaran 4,9-5,3% (yoy).

"Diperkirakan cenderung mendekati batas bawah kisaran 4,9-5,3% (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara, saat jumpa pers di Gedung Thamrin di kantor BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Dijelaskan, beberapa faktor menjadi penyebabnya, baik dari ekternal maupun domestik.

Dari eksternal, pemulihan ekonomi global masih berlangsung lambat dan tidak merata. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, sementara Eropa dan India diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Prakiraan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih rendah tersebut tercermin dari indikator konsumsi yang belum solid dan investasi yang diperkirakan masih mengalami kontraksi. Sejalan dengan itu, Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan hanya akan mengalami kenaikan satu kali pada tahun 2016.

Kondisi ketenagakerjaan Eropa yang membaik telah mendorong kenaikan pendapatan dan menopang perbaikan konsumsi. Di sisi lain, konsumsi di India diperkirakan meningkat didukung oleh kenaikan pendapatan. Di pasar komoditas, harga minyak dunia masih pada level yang rendah, sejalan dengan masih tingginya produksi minyak OPEC.

Sementara itu, dari faktor domestik, jelas Tirta, mayoritas harga komoditas ekspor Indonesia mengalami perbaikan, seperti batubara, CPO dan beberapa barang tambang.

Bank Indonesia, lanjut Tirta, menilai, faktor konsumsi terindikasi masih membaik, meskipun masih terbatas. Di sisi lain, perbaikan investasi swasta, khususnya nonbangunan, diperkirakan masih belum kuat, sejalan dengan kapasitas produksi terpasang yang masih cukup besar.

Adapun, stimulus fiskal diperkirakan masih terbatas, sejalan dengan penyesuaian belanja pemerintah pada semester II 2016.

Dari sisi eksternal, masih lemahnya ekonomi dan perdagangan dunia mengakibatkan perbaikan ekspor riil masih tertahan, meski harga beberapa komoditas ekspor mulai membaik.

Adapun neraca pembayaran Indonesia diperkirakan mencatat surplus yang lebih baik dengan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah. 

Untuk keseluruhan triwulan III 2016, kata Tirta, defisit transaksi berjalan diperkirakan berada di bawah 2% dari PDB terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan sejalan dengan membaiknya harga ekspor komoditas primer dan menurunnya impor nonmigas.

"Bank Indonesia meyakini pelonggaran kembali kebijakan moneter dan pelonggaran kebijakan makroprudensial yang telah dilakukan dapat mendorong peningkatan pertumbuhan kredit guna menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depan," jelas Tirta.