ANALIS MARKET (14/5/2025): Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, Harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup melemah pada sesi perdagangan hari Jumat.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 2 basis poin (bp) ke level 6,54%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik sebesar 1 bp ke level 6,84%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) tidak bergerak di level 6,86%.
Volume transaksi Surat Berharga Negara (SBN) secara outright traded tercatat sebesar Rp20,3 triliun di hari Jumat, tidak banyak berubah dibandingkan dengan volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp20,9 triliun.
FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp5,5 triliun dan Rp2,7 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,1 triliun.
Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan beli neto oleh investor asing sebesar Rp0,12 triliun berdasarkan data transaksi untuk periode 5 – 8 Mei 2025.
Flow tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp2,70 triliun di pasar saham, jual neto sebesar Rp4,07 triliun di pasar SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia), dan beli neto sebesar Rp6,88 triliun di pasar SBN.
Berdasarkan data setelmen per 8 Mei 2025, selama tahun 2025 nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp49,38 triliun di pasar saham dan sebesar Rp15,80 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp30,18 triliun di pasar SBN.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,11%, bergerak dari level Rp16.502/US$ pada hari Kamis menjadi Rp16.520/US$ di hari Jumat.
Sementara itu, yield curve US Treasury (UST) 5-tahun, yield curve UST 10-tahun, dan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia masing-masing bertahan di level 4,00%, 4,37%, dan 91bp.
Dari eksternal, Pasar global menunjukkan peningkatan volatilitas pada periode 12-13 Mei 2025. Selama periode tersebut, yield curve UST 5-tahun dan UST 10-tahu masing-masing meningkat sebesar 12bp menjadi 4,12% dan 4,49%.
Data Bloomberg menunjukkan Rupiah melemah sebesar 0,65% menjadi Rp16.627/US$ seiring penguatan nilai tukar US$.
Namun, CDS 5-tahun Indonesia mengalami penurunan substansial selama periode Senin-Selasa kemarin. CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 6bp menjadi 85bp pada Rabu pagi ini.
Penurunan CDS ini didukung oleh meredanya tensi geopolitik—seperti gencatan senjata antara India dan Pakistan—serta sinyal deeskalasi perang dagang AS–Tiongkok.
Meski demikian, solusi yang lebih konkret masih belum tercapai, sehingga ketidakpastian global diperkirakan masih tetap tinggi.
Ketika perdagangan dibuka kembali setelah libur di awal pekan ini, pelaku pasar diperkirakan akan menyesuaikan harga terhadap kondisi eksternal dan domestik.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. BNI Sekuritas memperkirakan weekly range untuk yield SUN 10-tahun pada periode 12 - 16 Mei di kisaran 6.81-7.02%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0094, FR0099, FR0052, FR0068, FR0103,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Rabu (14/5).