ANALIS MARKET (24/3/2025): Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

Pasardana.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada sesi perdagangan hari Jumat (21/3).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik sebesar 9 basis poin (bp) menjadi 6,84%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik sebesar 8bp menjadi 7,15%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) meningkat sebesar 7bp menjadi 7,18%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp24,5 triliun, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18,7 triliun.
FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp4,7 triliun dan Rp4,2 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp5,8 triliun.
Lembaga pemeringkat Moody’s telah menyelesaikan periodic review terhadap sovereign credit rating Indonesia pada 18 Maret 2025.
Meskipun belum terdapat rating action pada tahap ini, review tersebut menegaskan kembali kekuatan utama yang mendasari rating Baa2 Indonesia, termasuk fundamental ekonomi yang resilien, kerangka kebijakan yang prudent, serta profil utang yang tetap manageable.
Di saat yang sama, Moody’s juga mencatat sejumlah tantangan yang masih ada, seperti basis penerimaan negara yang relatif lemah dan ketidakpastian terkait reformasi perpajakan.
Stable outlook mencerminkan keseimbangan antara potensi upside dan potensi risiko yang terkait fiskal dan kebijakan.
Di sisi lain, Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp4,25 triliun berdasarkan data transaksi untuk periode 17-20 Maret.
Flow tersebut terdiri dari beli neto sebesar Rp1,20 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp4,78 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp0,67 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data setelmen per 20 Maret 2025, selama tahun 2025 nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp28,10 triliun di pasar saham, beli neto Rp23,87 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp8,58 triliun di SRBI.
Selain itu, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,1%, bergerak dari level Rp16.485/US$ di hari Kamis menjadi Rp16.502/US$ di hari Jumat.
Dari eksternal, per posisi Jumat, indikator global masih menunjukkan sentimen yang mixed dengan kecenderungan negatif.
Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun turun sebesar 1bp menjadi 4,00%, sementara yield curve UST 10-tahun meningkat tipis sebesar 1bp menjadi 4,25%. Sedangkan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat tipis sebesar 1bp menjadi 91bp.
Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun telah mencatatkan penurunan sebesar 6bp.
Sedangkan CDS 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 8bp dari minggu sebelumnya dan Rupiah melemah sebesar 0,93%.
Seiring dengan peningkatan CDS dan pelemahan Rupiah, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan peningkatan mingguan sebesar 21bp ke level 7,18%.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield dari instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 24-28 Maret, BNI Sekuritas memperkirakan yield SUN 10-tahun akan bergerak di kisaran 6,97-7,26%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0090, FR0094, FR0104, FR0096, FR0100, FR0103,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (24/3).