Keanggotaan Indonesia di BRICS Tidak Mengganggu Kepentingan AS

Foto : istimewa

Pasardana.id - Utusan Khusus Presiden untuk Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu mengungkapkan, bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS tidak akan merusak hubungan dengan negara mana pun, termasuk Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump yang baru terpilih.

“Diplomasi Indonesia menganut politik bebas aktif, yang berarti kita dapat bekerja sama dengan berbagai pihak tanpa berpihak secara eksklusif. Keanggotaan BRICS tidak mengganggu kepentingan AS," ujar Mari di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (7/1).

Seperti diketahui, RI kini resmi menjadi anggota penuh BRICS, sebuah kelompok ekonomi besar yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Kabar ini disampaikan oleh Pemerintah Brasil pada Senin (6/1/2025), yang saat ini memegang presidensi aliansi tersebut.

Hal ini tentunya disambut hangat berbagai kalangan, dengan harapan Indonesia memperkuat peran strategis di panggung global.

Dengan posisi strategis RI sebagai anggota BRICS memberikan kesempatan untuk menjadi penghubung antara negara berkembang dan negara maju.

Mari bilang, hal ini sejalan dengan langkah Indonesia yang juga sedang dalam proses bergabung dengan OECD, organisasi yang beranggotakan negara-negara maju, di mana AS merupakan anggota pendirinya.

Sementara, terkait isu dedolarisasi yang digaungkan oleh negara-negara BRICS, Mari menyebut bahwa diversifikasi mata uang dalam perdagangan internasional sudah berlangsung secara alami.

Di mana, Indonesia telah menerapkan sistem perdagangan langsung antara Rupiah dan Yuan, tanpa harus melalui Dolar AS.

“Perkembangan ini adalah bagian dari evolusi sistem keuangan global. Meskipun dolar masih dominan, penggunaan mata uang lain akan terus tumbuh seiring waktu,” terang Mari.

Lebih lanjut Mari juga bilang, hingga saat ini tak ada pihak yang memprotes sistem tersebut.

"Langkah Indonesia bergabung dengan BRICS diharapkan memperkuat posisi negara di antara kekuatan ekonomi global dan memperluas peluang kerja sama yang saling menguntungkan," tandas Mari.