ANALIS MARKET (02/8/2024) : Ada Potensi Peningkatan Demand Terhadap SBN Berdenominasi Rupiah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, Harga Surat Utang Negara (SUN) melanjutkan penguatannya pada sesi perdagangan kemarin (01/8).

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,67%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 6 basis poin menjadi 6,83%.

Sementara data Bloomberg menunjukkan level yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 3 basis poin menjadi 6,88%.

Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range kami minggu ini, yaitu di kisaran 6,82-7,10%.

Sedangkan volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp23,1 triliun kemarin (01/8), lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp14,6 triliun.

FR0100 dan FR0098 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp8,2 triliun dan Rp2,7 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,5 triliun.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, bahwa pada bulan Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18% (m-t-m), setelah sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 0,08% pada bulan Juni sebelumnya.

Secara year-on-year, laju inflasi tercatat sebesar 2,13%, melambat dibandingkan bulan Juni sebelumnya sebesar 2,51%.

Sedangkan data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat sebesar 0,14%, bergerak dari level Rp16.260/ US$ di hari Rabu menjadi Rp16.237/US$.

Sementara itu, dari eksternal, Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa indeks Manufacturing PMI Amerika Serikat bergerak turun dari level 48,5 pada bulan Juni lalu menjadi 46,8 pada bulan Juli, level terendah sejak November 2023.

Indeks PMI yang berada di bawah level 50 mengindikasikan kontraksi pada sektor manufaktur.

Level PMI tersebut lebih rendah dibandingkan estimasi para ekonom yang disurvei Rueters, yang memperkirakan PMI akan berada di level 48,8.

Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung positif bagi pasar obligasi, tergambar dari penurunan yield US Treasury (UST).

Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 13 bp menjadi 3,84%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 10 bp menjadi 3,99%.

Namun, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2 bp menjadi 76 bps.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0084, FR0086, FR0056, FR0042, FR0052, FR0085, FR0054, FR0058, FR0096, FR0100,” sebut analis BNI Sekuritas dalam riset Jumat (02/8).