ANALIS MARKET (02/10/2024) : Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup melemah pada sesi perdagangan kemarin. 

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) naik sebesar 3 basis poin menjadi 6,17%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) naik sebesar 3 basis poin menjadi 6,46%. 

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) naik sebesar 1 basis poin menjadi 6,46%.

Sedangkan volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp35,6 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp18,7 triliun. 

FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp9,3 triliun dan Rp7,8 triliun. 

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp596,6 miliar.

Sementara itu, data DJPPR menunjukkan total incoming bid pada lelang SUN kemarin mencapai Rp46,7 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUN sebelumnya yang mencapai Rp63,7 triliun. 

Dari ketujuh seri yang ditawarkan, total amount awarded oleh Pemerintah sebesar Rp24 triliun, sedikit di atas target indikatif sebesar Rp22 triliun.

Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah 0,44%, bergerak dari level Rp15.140/US$ di hari Senin menjadi Rp15.206/US$.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada bulan September 2024 kembali terjadi deflasi sebesar 0,12% setelah deflasi 0,03% pada bulan Agustus sebelumnya. 

Deflasi telah terjadi selama 5 bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Secara Year-on-Year, laju inflasi mencatatkan penurunan menjadi 1,84% dari 2,12% pada Agustus lalu. 

Laju inflasi tahunan tersebut merupakan yang terendah sejak November 2021. 

Sedangkan laju inflasi inti tahunan masih meningkat dari 2,02% pada bulan Agustus lalu menjadi 2,09%.

Dari eksternal, eskalasi risiko geopolitik yang terjadi di Timur Tengah diperkirakan telah kembali meningkatkan minat investor untuk instrumen safe-haven

Hal ini terindikasi dari penurunan yield US Treasury (UST) yang diiringi dengan peningkatan Credit Default Swap (CDS) Indonesia. 

Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 7bp menjadi 3,51%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 7bp menjadi 3,74%. 

Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia meningkat 1bp menjadi 70bp. 

Meskipun terjadi peningkatan CDS Indonesia, angka tersebut saat ini masih relatif rendah dibandingkan dengan level historisnya.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0086, FR0056, FR0085, FR0072, FR0075, FR0079,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Rabu (02/10).