Defisit Masih Rp20 Triliun, Akuntan Publik Ragukan Kelangsungan Usaha BNBR
Pasardana.id - Akuntan Publik pemeriksa laporan keuangan PT Bakrie & Brothers Tbk (IDX: BNBR) tahun buku 2021 menyatakan adanya indikasi ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan usaha.
Walau dalam laporan keuangan itu telah mencantumkan rencana mengatasi kondisi tersebut dalam catatan 46.
Dalam catatan itu, perseroan mengakui kerugian berulang mengakibatkan total defisit Rp20 triliun pada tahun 2021.
Perseroan berdalih, hal itu disebabkan penurunan nilai investasi, rugi bersih pada entitas terasosiasi dan perubahan nilai wajar derivatif.
Ditambah total kewajiban jangka pendek melebihi aset lancar mencapai Rp1,4 triliun pada tahun 2021, karena perseroan memiliki pinjaman yang telah jatuh tempo dan sedang dilakukan pembicaraan penataulangan dengan kreditur.
Atas masalah itu, perseroan berencana melakukan penataulangan utang melalui konversi utang jadi saham, peningkatan modal dengan penerbitan saham dan penjualan aset, mengurangi investasi dalam bentuk saham, fokus pada pengembangan usaha manufaktur, mengembangkan proyek infrastruktur dan mengembangkan usaha baru dan produk baru.
“Perseroan dalam proses finalisasi restrukturisasi dengan berapa kreditur dalam rangka konversi utang menjadi saham,” demikian kutipan dalam catatan 46, dalam Laporan keuangan telah audit emiten induk usaha grup Bakrie ini yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (2/4/2022).
Sementara itu, perseroan melaporkan, di tahun 2021 membukukan laba bersih sebesar Rp74,293 miliar, atau membaik dibandingkan tahun 2020 yang mencatatkan rugi bersih Rp929,46 miliar.
Padahal, pendapatan turun 2,8 persen menjadi Rp2,38 triliun karena pendapatan infrastruktur dan manufaktur turun 4,8 persen menjadi Rp2,163 triliun. Tapi pendapatan jasa pabrikasi dan konstruksi naik 32,7 persen menjadi Rp219,49 miliar.
Menariknya, perseroan dapat menekan beban pokok pendapatan 11,04 persen menjadi Rp1,965, triliun, sehingga laba kotor naik 70,6 persen menjadi Rp418,03 miliar.
Terlebih, di tahun 2021, perseroan tidak lagi mencatatkan kerugian atas nilai wajar investasi. Pos ini, pada tahun 2020 tercatat rugi Rp395 miliar.
Juga tidak mencatatkan kerugian atas penurunan nilai aset tetap. Sedangkan pos ini tercatat rugi senilai Rp56 miliar pada tahun 2020.

