Bos BEI Sebut Kripto Bukan Ancaman
Pasardana.id - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman menyebutkan, bahwa perkembangan investor asset kripto yang tumbuh signifikan belakangan ini bukanlah ancaman bagi eksistensi BEI, khususnya pertumbuhan investor saham dan pasar modal di BEI.
Menurutnya, masing-masing (investasi kripto ataupun saham - Red) merupakan pilihan dari setiap investor yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
“Ini sama dengan deposan di bank. Jadi, kami (BEI) merasa tidak bersaing (dengan kripto). Yang penting bagi kami di BEI, bagaimana kami terus melakukan edukasi, meningkatkan literasi dan juga sosialisasi kepada masyarakat, sehingga menjadi lebih bijak dalam berinvestasi,” terang Iman di Jakarta, Kamis (29/12).
Asal tahu saja, menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total jumlah investor di pasar modal Indonesia per 28 Desember 2022 telah meningkat 37,5 persen menjadi 10,3 juta investor dari sebelumnya 7,48 juta investor per akhir Desember 2021.
Jumlah ini meningkat hampir 9 kali lipat dibandingkan tahun 2017.
Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo menjelaskan, peningkatan jumlah investor tersebut merupakan hasil dari upaya seluruh Self-Regulatory Organization (SRO) dalam melakukan sosialisasi, edukasi, serta literasi kepada masyarakat.
Hingga 28 Desember 2022, di seluruh Indonesia telah berlangsung 11.253 kegiatan edukasi, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 1,7 juta orang.
Dari seluruh kegiatan tersebut, lebih dari 74% kegiatan dilakukan secara daring, begitu juga aktivitas sosialisasi kepada stakeholders lainnya.
Lebih rinci Uriep menjelaskan, dari total jumlah investor pasar modal tersebut, yang terbanyak adalah investor reksa dana.
Per 28 Desember 2022, jumlahnya mencapai 9,59 juta SID.
Ini merupakan peningkatan 40,25% dari 6,84 juta pada akhir tahun lalu.
Selain itu, pertumbuhan jumlah investor juga terlihat di instrumen Surat Berharga Negara (SBN).
Jumlah investor SBN per 28 Desember 2022 mencapai 830.689 SID, tumbuh 35,92% dibandingkan 611.143 investor pada akhir 2021.
Adapun jumlah investor saham yang tercatat di C-BEST juga naik 28,57% menjadi 4,44 juta per 28 Desember 2022, dibandingkan 3,45 juta pada akhir 2021.
Menariknya, dari jumlah 10,3 juta investor tersebut, sebanyak 78,17% memiliki rekening di selling agent fintech.
Total SID SA Fintech mencapai 8,04 juta. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran teknologi finansial (fintech) dalam mendukung pertumbuhan investor pasar modal di Indonesia.
Sementara itu, pertumbuhan investor kripto secara agregat mencapai lebih dari 16,5 juta (per November 2022).
Adapun sejak 2020 sampai dengan 2022, pertumbuhannya sudah hampir 400 persen.
"Beberapa konsultan melihat, bahwa tren kenaikan terhadap adopsi investor kripto di Indonesia itu akan selalu tumbuh dan akan terus tumbuh,” ujar Co-founder sekaligus Komisaris Tokocrypto, Teguh K. Harmanda seperti dilansir dalam keterangan tertulis, baru-baru ini.
Dari data yang dimiliki pihaknya, lanjut Manda, sapaan akrabnya, Indonesia menempati ranking kedua di Asia Tenggara.
Kondisi ini memunculkan sebuah prediksi, bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan investasi kripto tertinggi.
“Indonesia itu memiliki fundamental ekonomi yang cukup baik dibandingkan beberapa negara Eropa. Dari segi adopsi kriptonya juga baik, dari segi pertumbuhan digitalnya juga baik, yang akhirnya perpaduan yang sangat baik untuk membuat Indonesia menjadi hub kripto yang ada. Tidak hanya di Asia Tenggara tetapi juga secara global,” tutupnya.