LPEI Akan Cetak 100 Desa Devisa Siap Ekspor

Foto : Dok. LPEI

Pasardana.id - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada tahun 2022 menargetkan dapat menjangkau sekitar 100 desa melalui program Desa Devisa.

Salah satu potensi yang terus dikembangkan adalah desa devisa kopi.

Pasalnya, ceruk permintaan kopi yang lebih spesifik seperti kopi organik sangat cerah. Hal itu ditunjukan dengan nilai ekspor kopi Indonesia berbalik naik ditopang oleh kenaikan harga kopi dunia.

Berdasarkan catatan Indonesia Eximbank Institute, permintaan kopi dunia di tahun 2022 akan semakin meningkat seiring harga yang juga semakin tinggi. Apalagi, pasarnya juga semakin luas.

Ekspor perdana kopi hasil binaan Desa Devisa LPEI di Subang saja mencapai 18 ton untuk tujuan Arab Saudi. Padahal, pasar tradisional kopi seperti AS, Jepang, Jerman, dan negara Eropa lainnya terus membesar.

Para eksportir kopi nasional ini, berdasarkan catatan Indonesia Eximbank Institute, tersebar di Semarang, Banda Aceh, Deliserdang, Medan, Bandar Lampung, Surabaya dan Sidoarjo, serta Malang.

Namun pertumbuhan nilai kopi masih minus yaitu sebesar -1,9 persen pada periode kumulatif Januari - Oktober 2021, meski relatif membaik dari minus 6,9 persen di tahun 2020.

Porsi ekspor terbesar yaitu jenis kopi tidak disangrai mencapai 98,51 persen dengan pertumbuhan nilai ekspornya -7,22 persen secara tahunan pada tahun 2020.

Direktur Bisnis II LPEI, Maqin U. Norhadi mengatakan, sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan, untuk menggerakkan ekspor nasional sudah mempersiapkan sejak tahun lalu dengan mendorong pengembangan bisnis kopi.

Salah satunya adalah melaksanakan program Desa Devisa khusus kopi, yang dimulai di Kabupaten Subang, Juli 2021 lalu.

“Tahun 2022, LPEI menargetkan dapat menjangkau sekitar 100 desa melalui program Desa Devisa,” ujar dia kepada media, Senin (10/1/2022).

Untuk itu, selain di Subang, LPEI juga mendampingi pengembangan bisnis kopi organik di kawasan Pegunungan Ijen, Banyuwangi.

"Tahun ini, ditargetkan kopi organik jenis java ijen dapat mulai diekspor untuk memenuhi pasar Jepang. Desa-desa di kawasan ini menjadi bagian dari program Desa Devisa LPEI," ujar Maqin U. Norhadi.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati juga meminta LPEI lebih kreatif dan inovatif, supaya Indonesia dapat memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi.

"Kita dihadapkan pada sebuah lingkungan dunia yang bergerak sangat cepat. Ekspor merupakan salah satu engine growth yang sangat penting. LPEI yang berfungsi sebagai pemberi kredit atau credit enhancer, sebagai fasilitator, akselerator, maupun agregator harus meningkatkan kreativitas dan inovasi," kata Sri Mulyani.