Sebulan Dipegang Pertamina, Produksi Minyak Blok Rokan Alami Peningkatan

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Produksi minyak Wilayah Kerja (WK) atau Blok Rokan mengalami peningkatan dikisaran 158 ribu per barel per hari (bph), meski baru sebulan pasca peralihan dari PT Pertamina (Persero).

Deputi Operasi SKK Migas, Juliud Wiratno mengatakan, berdasarkam catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), sehari sebelum alih kelola tepatnya pada 8 Agustus 2021, produksi Blok Rokan tercatat di level 150 ribu bph, dan pada saat hari H alih kelola meningkat menjadi 155 ribu bph.

"Dalam kurun waktu satu bulan ini, sudah ada kenaikan produksi sebesar 1.000-2.000-an bph dengan tren yang terus meningkat. SKK Migas bersama PT Pertamina Hulu Rokan terus berkoordinasi agar target lifting WK Rokan di 2021 dapat tercapai,” ujarnya di Jakarta, (09/9/2021).

Disampaikan Julius, pada akhir tahun nanti akan ada 17 rig yang melakukan pengeboran.

Sementara target lifting dari Blok Rokan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 165 ribu bph.

"Kami tetap optimistis target dari WK Rokan pada 2021 akan tercapai,” ujar dia.

Sekedar informasi, PHR mulai mengoperasikan rig ke-13 di Sumur Pungut P04, Lapangan Pungut yang masuk wilayah Kabupaten Bengkalis pada Selasa lalu. Rig Airlangga-55 tersebut dioperasikan oleh PT Asia Petrocom Service.

Sejak alih kelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu hingga saat ini, PHR telah mengebor 23 sumur.

“PHR terus berupaya menambah jumlah rig, dengan adanya penambahan rig tentu dapat mempercepat penambahan jumlah sumur secara eksponensial guna mendukung pencapaian target pengeboran pada tahun ini,” tutur Direktur Utama PHR, Jaffee A Suardin.

Dijelaskan, PHR berkomitmen mencanangkan program kerja yang masif dan agresif untuk menjaga, bahkan menaikkan, tingkat produksi Blok Rokan.

Dalam program pengeboran, misalnya, PHR berupaya keras untuk memenuhi target pengeboran 161 sumur hingga akhir tahun.

”Dukungan semua pemangku kepentingan sangat penting bagi kelancaran program pengeboran, termasuk dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat sekitar,” ucap Jaffee.

Selain program pengeboran yang agresif, PHR tetap berupaya menjaga kinerja base business.

Berbagai upaya yang dilakukan di antaranya menambah jumlah rig kerja ulang hingga 29 rig serta meminimalisasi potensi kehilangan produksi atau Loss Production Opportunity (LPO).

Selain itu PHR juga berupaya menjaga keandalan peralatan untuk mengurangi down time serta menekan kasus pencurian minyak mentah maupun peralatan penunjang operasi migas.

Sementara Kepala Perwakilan SKK Migas, Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus menyampaikan, pihaknya terus memantau perkembangan realisasi pengeboran yang masif di Blok Rokan yang tersebar di tujuh Kabupaten/Kota agar tetap berjalan lancar dan aman.

Kelancaran operasional Blok Rokan merupakan cermin kesuksesan proses transisi yang berjalan secara sistematis dan terstruktur.

Koordinasi para pihak yang terkait juga berjalan dengan baik, dimulai sejak dua tahun sebelum kontrak WK Rokan berakhir.

Ke depan, proses alih kelola Blok Rokan layak menjadi salah satu rujukan bagi blok-blok terminasi lainnya di Indonesia.