Buka Suara Terkait Kondisi Garuda Indonesia, Yenny Wahid : Masih Bisa Diselamatkan

Pasardana.id - Komisaris Independen Garuda Indonesia, Yenny Wahid buka suara terkait masalah keuangan maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Yenny yang juga putri dari mendiang Presiden Abdurrahman Wahib (Gus Dur) mengatakan, dirinya mendukung berbagai bentuk langkah efisiensi perseroan, agar maskapai yang tengah terlilit utang itu dapat terselamatkan.
“Semua langkah efisiensi di Garuda harus didukung. Sekarang fokus kita adalah menyelamatkan Garuda dahulu,” kata Yenny, Rabu (2/6/2021).
Dewan komisaris Garuda juga disebut telah sepakat untuk menangguhkan pembayaran gaji, dalam rangka melakukan efisiensi keuangan perseroan.
Usulan tersebut merupakan lanjutan dari pemangkasan besaran gaji jajaran direksi dan komisaris semenjak merebaknya pandemi Covid-19.
“Apakah Garuda masih bisa diselamatkan? Masih,” tegasnya.
Sementara itu, dalam cuitannya di Twitter, dia menjelaskan, bahwa kondisi Garuda memang berat, tetapi dengan dukungan (semua pihak), diharapkan bisa memulihkan kinerja maskapai BUMN kebanggaan RI tersebut.
"Tahun 2019, Garuda membukukan keuntungan operasional 19 juta dolar, tapi tetap terbebani banyak hutang, salah satunya sukuk yang jatuh tempo sebesar 500 juta dolar sekitar Rp 8,5 triliun. Sukuk diterbitkan jauh sebelum saya masuk. Sukuk akhirnya berhasil direstrukturisasi."
"Layanan cargo kami genjot dan hasilnya pendapatan meningkat melebihi target, tetapi tetap tidak mampu menutup semua kerugian."
"Yang komen soal Garuda, ada yang ngerti masalah dan mau bantu, ada yang gak ngerti masalah tapi tetap mau bantu, ada juga yang cuma mau menyalahkan dan gak mau bantu. Gak papa, saya yakin semuanya tetap punya kepedulian terhadap nasib Garuda. Dan inilah yang jadi energi bagi kami," kata Yenny.
Lebih lanjut Yenny berharap, Garuda jangan sampai dipailitkan. Menurutnya, saat ini pihaknya sedang bekerja keras agar Garuda Indonesia tidak dipailitkan. Permasalahan yang diwariskan dari Garuda sudah besar.
"Banyak yang tanya soal Garuda. Saat ini kami sedang berjuang keras agar Garuda tidak dipailitkan. Problem warisan Garuda besar sekali, mulai dari kasus korupsi sampai biaya yang tidak efisien. Namun Garuda adalah national flag carrier kita. Harus diselamatkan. Mohon support dan doanya," ujarnya lagi.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir membuka opsi pemangkasan jumlah komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, (IDX: GIAA) dalam rangka meringankan beban keuangan maskapai tersebut.
“Saya rasa yang diusulkan Pak Peter (Komisaris Peter F. Gontha) sangat bagus, bahkan saya ingin usulkan, kalau bisa komisaris Garuda Indonesia 2 atau 3 saja," ujar Erick dalam konferensi pers di Kementerian BUMN.
Menurut Erick, ketika perusahaan berusaha untuk melakukan efisiensi dengan menawarkan pensiun dini kepada karyawan, maka langkah efisiensi perlu juga dilakukan di jajaran atas, seperti komisaris.
"Jangan yang tadi misalnya ada pensiun dini tapi komisarisnya nggak dikurangin. Nah, nanti kita akan kurangi, kecilin jumlahnya, itu bagian dari efisiensi, jadi benar-benar mencerminkan (upaya dari) komisaris dan direksi Garuda," jelas dia.
Mantan bos Inter Milan itu juga mengatakan, butuh waktu setidaknya dua minggu untuk memproses pengurangan jumlah komisaris Garuda Indonesia.
Selain itu, harus melalui tahap Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengingat maskapai pelat merah ini juga merupakan perusahaan terbuka.
Sebagai informasi, saat ini dewan komisaris Garuda Indonesia tediri dari 5 orang, yakni; Komisaris Utama Triawan Munaf, Wakil Komisaris Utama Chairal Tanjung, Komisaris Independen Yenny Wahid, Komisaris Independen Elisa Lumbantoruan, dan Komisaris Peter F. Gontha.