ANALIS MARKET (20/8/2019) : Pasar Obligasi Berpotensi Variatif Hari Ini

foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, meskipun diliputi keraguan, pasar obligasi masih terus mencatatkan kenaikkan pada perdagangan kemarin (19/8).

Namun demikian, apabila kita melihat secara lebih luas, imbal hasil global sebetulnya mengalami kenaikkan kemarin, termasuk di wilayah Asia yang rata rata mengalami kenaikkan.

“Hal ini yang akan memberikan tekanan terhadap pasar obligasi dalam Negeri hari ini. Memang secara situasi dan kondisi belum nyaman benar sentiment dari global, ditengah masih naik dan turunnya tensi dan sentimen membuat pasar obligasi tidak bisa berbuat banyak,” jelas analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (20/8/2019).

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Selasa (20/8) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi bervariatif, dengan rentang pergerakan 40 – 70 bps.

Pergerakan yang melebihi itu akan menjadi arah bagi pasar obligasi ditengah hadirnya lelang yang diadakan Pemerintah hari ini.

Adapun yang menjadi sorotan investor hari ini, dimulai dari Amerika yang akan memperpanjang serangkaian pengecualian terbatas selama 90 hari mengenai larangan berbisnis dengan Huawei, hal ini disampaikan oleh Wilbur Ross kemarin.

Permasalahannya adalah beberapa perusahaan telekomunikasi di Amerika sangat bergantung terhadap Huawei, sehingga menurut Ross penangguhan selama 90 hari dianggap sangatlah tepat.

Namun ternyata tindakan Amerika untuk memasukkan Perusahaan China ke dalam daftar hitam tidak berhenti sampai disitu saja, Amerika juga telah menambahkan lebih dari 40 afiliasi Huawei ke daftar hitam perdagangan.

Amerika memberikan waktu sedikit lebih banyak terhadap China untuk berfikir, sehingga tenggat waktu berikutnya adalah 19 November.

Dalam pengumuman tersebut tidak membahas masalah keamanan Nasional yang lebih luas tentang Huawei, dan sebetulnya tidak menjawab pertanyaan inti dari pengumuman tersebut yang dimana Apakah perusahaan chip Amerika dan supplier lainnya akan diizinkan untuk menjual spare part ke China atau tidak.

Huawei hanya menanggapi dengan “biasa” saja terkait dengan penangguhan tersebut.

Huawei mengatakan bahwa hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa Huawei telah diperlakukan dengan tidak adil. Keputusan Amerika kemarin, tidak akan berdampak besar pada bisnis Huawei.

Saat ini, sentiment tersebut sudah mulai masuk ke ranah tensi politik, sehingga permasalahan Huawei dulu di masukkan ke dalam daftar hitam sebagai ancaman keamanan nasional Amerika, “ternyata sudah tidak dibahas kembali oleh Amerika”.

Berarti itu semua kami menilai bahwa hanyalah sebuah alasan untuk memperlambat pertumbuhan dari Huawei sendiri seperti yang sudah disampaikan oleh Trump sebelumnya.

Penundaan untuk Huawei pun tidak akan mungkin diperpanjang oleh Trump untuk kesekian kalinya, namun kami melihat bahwa Huawei sendiri tampaknya sudah siap untuk berdiri di kedua kakinya sendiri tanpa harus bergantung terhadap Amerika.

Beralih dari sana, Bank Sentral China mengatakan akan mulai merilis tingkat referensi baru untuk pinjaman bank pada hari Selasa, hal ini kami melihat sebagai langkah lebih lanjut dari reformasi yang ditunggu selama ini untuk membawa suku bunga yang lebih rendah terhadap perekonomian China.

Reformasi ini merupakan salah satu cara China untuk membuka penyumbatan moneter, karena ekonomi China yang terus melemah selama perang dagang masih berlangsung.

Data output industri China yang keluar kemarin menunjukkan pelemahan terburuk sejak tahun 2002. Hal ini tentu akan disambut baik oleh pasar, karena akan memberikan stimulus ekonomi yang lebih baik untuk China ditengah tengah perang dagang yang masih belum jelas juntrungannya.

Kembali ke Amerika, President The Fed untuk Boston, Eric Rosengren kembali mendorong The Fed untuk melakukan pemangkasan tingkat suku bunga lanjutan, karena dia sendiri tidak yakin bahwa hal itu akan mempengaruhi perlambatan perdagangan, dan pertumbuhan global yang dimana akan memberikan dampak terhadap perekonomian Amerika.

Trump juga terus mendorong untuk The Fed menurunkan tingkat suku bunganya sebesar 100 bps atau 1%, tentu hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena akan menjadi booster apabila itu terjadi.

Hari ini tidak banyak yang dapat kita lihat, selain tentunya para pelaku pasar dan investor akan menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan berlangsung pada hari Kamis nanti, yang dimana kami melihat meskipun Bank Indonesia memiliki ruang 25 bps untuk menurunkan tingkat suku bunganya, kami melihat mereka tidak akan melakukannya pada pertemuan bulan ini.

Mereka akan menahannya, dan berpotensi besar akan terjadi pada pertemuan yang selanjutnya seusai dari The Fed melakukan meeting terlebih dahulu pada bulan September 18 nanti.

“Kami merekomendasikan wait and see hari ini, dengan menanti beberapa hal penting yang akan terjadi dalam waktu dekat,” sebut analis Pilarmas.