Volume SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp24,45 Triliun dari 33 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Rabu (24/4/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu tercatat senilai Rp24,45 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder.

Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,37 triliun dari 110 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp4,91 triliun dari 56 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0079 sebesar Rp4,86 triliun dari 166 kali transaksi.

Adapun dari perdagangan sukuk negara, Sukuk Negara Ritel dengan seri SR009 mengalami volume terbesar senilai Rp144,55 miliar dari 15 kali transaksi dan diikuti oleh seri SR010 sebesar Rp68,96 miliar untuk 18 kali perdagangan.

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,11 triliun dari 48 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.

Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (BIIF02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp110,55 miliar dari 13 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri A (BEXI04ACN4) senilai Rp101,00 miliar dari 1 kali transaksi.

Sementara itu, volume untuk Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri B (BEXI04BCN4) sebesar Rp90,00 miliar dari 2 kali perdagangan dan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap IV Tahun 2019 Seri F (BEXI04FCN4) sebesar Rp82,00 miliar dari 2 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin melemah sebesar 2 pts (0,01%) di level 14080,00 per Dollar Amerika dimana pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi secara fluktuatif dan bervariasi selama sesi perdagangan pada kisaran 14075,00 hingga 14086,00 per Dollar Amerika.

Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan sebagian besar pelemahan nilai tukar mata uang regional.

Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,09% dan diikuti oleh penguatan Yen Jepang (JPY) dan Dollar Hongkong (HKD) masing—masing sebesar 0,06% dan 0,01%.

Sementara itu, mata uang Baht Thailand (THB) mengalami pelemahan tertinggi yaitu 0,22% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,13% dan Renminbi China (CNY) sebesar 0,10% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan kemarin, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan sehingga masing—masing berada pada level 2,57% dan 2,98%.

Namun, kondisi tersebut berbeda dengan kondisi pasar saham Amerika yang mulai menguat dimana indeks DJIA ditutup menguat sebesar 55 bps di level 26656,39 dan indeks NASDAQ juga ikut mengalami penguatan sebesar 132 bps di level 8120,82.

Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) mengalami penurunan untuk setiap tenornya di level 1,224% (tenor 10 tahun) dan 1,735% (tenor 30 tahun) yang diikuti dengan surat utang Jerman (Bund) juga mengalami penurunan imbal hasil untuk setiap tenornya dimana untuk tenor 10 tahun turun di level 0,04% dan 0,688% untuk tenor 30 tahun.