Volume SUN Diperdagangan Senin Kemarin Senilai Rp8,73 Triliun dari 36 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Selasa (16/4/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Obligasi Negara pada perdagangan kemarin (15/4), dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu tercatat senilai Rp8,73 triliun dari 36 seri Obligasi Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,54 triliun.

Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,78 triliun dari 83 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp964,48 miliar dari 36 kali transaksi.

Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp220,00 miliar dari 9 kali transaksi diikuti perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp49,83 miliar dari 17 kali transaksi.

Sedangkan volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih besar dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp964,36 miliar dari 42 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap III Tahun 2018 Seri A (ISAT02ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp140,00 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) senilai Rp130,90 miliar dari 3 kali transaksi.

Adapun volume dari Obligasi Berkelanjutan IV Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (ASDF04ACN2) sebesar Rp120,00 miliar dari 6 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi PLN XII Tahun 2010 Seri B (PPLN12B) senilai Rp100,00 miliar dari 5 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat sebesar 35,00 pts (0,25%) di level 14060,00 per Dollar Amerika.

Pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut menguat sepanjang sesi perdagangan dan bergerak di kisaran antara 14060 hingga 14095.

Adapun penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi ditengah menguatnya sebagian besar mata uang regional.

Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,56% yang diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Peso Filipina (PHP) masing-masing sebesar 0,25% dan 0,23%.

Sementara itu, mata uang yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,35% dilanjutkan dengan pelemahan mata uang Renminbi China (CNY) sebesar 0,05%.

Disisi lain, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan masing-masing di level 2,554% dan 2,968%.

Sedangkan untuk pergerakan indeks saham utamanya mengalami penurunan dimana pada indeks NASDAQ dan indeks DJIA turun sebesar 10 bps dan masing-masing berada di level 7976,01 dan 26384,77.

Adapun imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) mengalami kenaikan untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun di level 1,222% dan 1,726%.

Sementara itu untuk surat utang Jerman (Bund) pada tenor 10 dan 30 tahun juga mengalami kenaikan masing-masing di level 0,057% dan 0,719%.