Volume SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp22,60 Triliun dari 41 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan hari Kamis, tanggal 28 Maret 2019 kemarin, mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp22,60 triliun dari 41 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,41 triliun dari 45 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp3,84 triliun dari 96 kali transaksi.
Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Surat Pembendaharaan Negara—Syariah seri SPNS08052019 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp800,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS014 dan PBS013 masing-masing sebesar Rp700,00 miliar untuk 22 kali transaksi dan Rp637 miliar dari 11 kali transaksi.
Disisi lain, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,03 triliun dari 35 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.
Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp205,00 miliar dari 6 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1) senilai Rp159,00 miliar dari 6 kali transaksi. Selanjutnya, untuk obligasi dengan volume Rp156,00 miliar dari 4 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap V Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN5).
Sementara itu, pada perdagangan kemarin hari Kamis tanggal 28 Maret 2019 kemarin, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami koreksi sebesar 48 pts (0,34%) di level 14243,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan di sepanjang sesi perdagangan rupiah melemah dan bergerak pada kisaran 14215,00 hingga 14258,00 per Dollar Amerika.
Adapun nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang melemah terhadap mata uang Dollar Amerika.
Mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,40% kemudian diikuti dengan pelemahan nilai tukar mata uang Rupiah Indonesia (IDR) yang mengalami koreksi sebesar 0,34%.
Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,27% terhadap Dollar Amerika.
Namun, terdapat beberapa mata uang regional yang menguat terhadap Dollar Amerika, yaitu mata uang Yen Jepang (JPY), mata uang Baht Thailand (THB), dan mata uang Dollar Taiwan (TWD) yang mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,16%, 0,02%, dan 0,01% terhadap Dollar Amerika.
Disisi lain, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 2,39%. Hal ini seiring dengan yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang juga mengalami kenaikan dan berada pada level 2,82%.
Kenaikan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup juga dengan mengalami kenaikan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 34 bps di level 7669,17 begitu juga untuk indeks DJIA mengalami penguatan sebesar 36 bps sehingga berada pada level 25717,46.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan dilevel 0,988% dan 1,527%.
Sedangkan, untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun, keduanya mengalami kenaikan masing-masing di level –0,067% dan 0,55%.

