Volume SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp16,96 Triliun dari 52 Seri
Pasardana.id – Riset harian MNC Securities yang dirilis Jumat (01/3/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan Kamis, tanggal 28 Februari 2019 kemarin, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu tercatat senilai Rp16,96 triliun dari 52 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0073 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,56 triliun dari 22 kali transaksi di harga rata - rata 105,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,15 triliun dari 132 kali transaksi di harga rata - rata 102,57%.
Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp366,03 miliar dari 11 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp222,65 miliar untuk 8 kali transaksi.
Disisi lain, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp677,08 miliar dari 36 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.
Adapun perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp190,00 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 97,65% dan diikuti oleh Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) senilai Rp101,60 miliar dari 37 kali transaksi di harga rata-rata 100,80%.
Selanjutnya, untuk obligasi dengan volume Rp48,00 miliar dari 4 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap I Tahun 2017 Seri A (BBTN03ACN1).
Lebih lanjut riset juga menyebutkan, pada perdagangan kemarin hari Kamis tanggal 28 Februari 2019 kemarin, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami pelemahan sebesar 39 pts (0,28%) di level 14069,00 per Dollar Amerika dimana pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14030,00 hingga 14080,00 per Dollar Amerika.
Adapun nilai tukar mata uang Rupiah yang mengalami pelemahan terjadi ditengah nilai tukar mata uang regional mengalami perubahan yang bervariasi terhadap mata uang Dollar Amerika.
Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,38% dan diikuti oleh penguatan mata uang Rupee India sebesar 0,24%.
Mata uang Yen Jepang (JPY) juga mengalami penguatan sebesar 0,23%. Sedangkan mata uang yang mengalami pelemahan paling tinggi didapati pada mata yang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,48% yang diiringi dengan perubahan mata uang Baht Thailand (THB) dan mata uang Rupiah Indonesia masing-masing melemah sebesar 0,41% dan 0,28% terhadap Dollar Amerika.
Sementara itu, imbal hasil dari US Treasury terjadi dengan arah pergerakan yang bervariasi. Adapun imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun mengalami penguatan sebesar 0,6 bps pada level 2,717%.
Namun, pada US Treasury bertenor 30 tahun mengalami pelemahan sebesar 0,1 bps sehingga berada pada level 3,083%. Pergerakan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami koreksi, dimana indeks NASDAQ ditutup melemah sebesar 29 bps sehingga berada pada level 7532,53 sedangkan untuk indeks DJIA melemah sebesar 27 bps sehingga berada pada level 25916,00.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dan pasar obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun masing-masing mengalami penurunan di level 1,293% dan 0,184%.
Adapun untuk yang bertenor 30 tahun juga ikut mengalami penurunan masing-masing di level 1,812% dan 0,81%

