Volume SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp8,59 Triliun dari 43 Seri
Pasardana.id – Riset harian MNC Securities yang dirilis Rabu (27/2/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (26/2), mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp8,59 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
“Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder,” jelas analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra.
Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,41 triliun dari 40 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp9,34 triliun dari 40 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0064 sebesar Rp826,33 miliar dari 27 kali transaksi.
Sedangkan dari perdagangan sukuk negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS014 mengalami volume terbesar senilai Rp232,00 miliar dari 9 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS016 sebesar Rp137,00 miliar untuk 9 kali perdagangan.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp826,40 miliar dari 50 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.
Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap IV Tahun 2017 Seri B (BEXI03BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp190,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,59% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap III Tahun 2016 Seri B (BBRI01BCN3) senilai Rp80,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,13%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin (26/2), kembali menguat sebesar 26 pts (0,19%) di level 13992,00 per Dollar Amerika dimana pergerakan nilai tukar Rupiah menguat disepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13970,00 hingga 14005,00 per Dollar Amerika.
Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariatif terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,21% dan diikuti oleh penguatan nilai tukar mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,20%.
Sementara itu, mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan mata uang Dollar Singapura (SGD) menguat masing-masing sebesar 0,19% dan 0,05% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Selanjutnya, mata uang Ringgit Malaysia (MYR) mengalami pelemahan sebesar 0,11% yang diiringi dengan pelemahan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,08% terhadap Dollar Amerika.
Disisi lain, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 2,637%, namun yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun mengalami penurunan sehingga berada pada level 3,006% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami koreksi dimana indeks DJIA ditutup melemah sebesar 13 bps di level 26057,98 seiring untuk indeks NASDAQ yang ikut mengalami koreksi sebesar 7 bps di level 7549,30.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami pelemahan di level 1,206% sedangkan obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun mengalami kenaikan terbatas di level 0,116%.
Adapun untuk obligasi Inggris (Gilt) dan obligasi Jerman (Bund) dengan tenor 30 tahun, keduanya mengalami koreksi masing-masing pada level 1,749% dan 0,744%

