Volume SUN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp6,82 Triliun dari 32 Seri
Pasardana.id – Riset harian MNC Securities yang dirilis Senin (25/2/2019) mengungkapkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 22 Februari 2019 lalu, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp6,82 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara pada seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,52 triliun dari 55 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Surat Utang Negara seri FR0053 senilai Rp1,25 triliun dari 45 kali transaksi.
Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp268,00 miliar dari 10 kali transaksi kemudian dikuti oleh Sukuk Ritel Negara seri SR009 dengan volume sebesar Rp227,41 miliar untuk 11 kali transaksi.
Disisi lain, volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,30 triliun dari 46 kali transaksi.
Adapun obligasi negara dengan volume tertinggi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap III Tahun 2018 Seri A (BNII02ACN3) sebesar Rp 200,00 miliar untuk 4 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap II Tahun 2019 Seri B (BFIN04BCN2) sebesar Rp175,00 miliar dari 6 kali perdagangan.
Selanjutnya, untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) sebesar Rp150,00 miliar dari 4 kali perdagangan yang diiringi dengan volume perdagangan PPRO01ACN2 sebesar Rp126,00 miliar dari 3 kali transaksi.
Sementara itu, pada perdagangan di akhir pekan kemarin (22/2), nilai tukar Rupiah menguat sebesar 8 pts (0,06%) di level 14220.
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14185 hingga 14230.
Adapun penguatan Rupiah tersebut cukup fluktuatif dan terjadi di sepanjang sesi perdagangan.
Rupiah menguat terhadap Dollar Amerika ditengah mayoritas nilai tukar mata uang regional yang mengalami pelemahan dimana pelemahan tertinggi didapati pada nilai tukar mata uang Ringgit Malaysia sebesar 0,46% dan diikuti oleh melemahnya mata uang Peso Filipina sebesar 0,33%.
Selanjutnya, pelemahan nilai tukar terjadi pada mata uang Won Korea Selatan sebesar 0,24% dan mata uang Renminbi China sebesar 0,21%.
Adapun nilai tukar mata uang regional yang mengalami penguatan didapati pada nilai tukar mata uang Yen Jepang sebesar 0,16% dan mata uang Rupiah Indonesia sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Sementara itu, Imbal hasil surat utang global pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami koreksi.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami pelemahan sehingga masing - masing berada pada level 2,654% dan 3,017%.
Namun, imbal hasil yang terjadi pada surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan masing-masing di level 0,754% dan 3,017%.
Adapun yang terjadi pada surat utang Jerman (Bund) didapati mengalami penurunan untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun yang mengalami penurunan masing-masing di level 0,089% dan 0,714%.
Adapun untuk pasar saham Amerika untuk indeks DJIA dan indeks NASDAQ keduanya mengalami perubahan yang postif sehingga masing-masing menguat berada pada level 26031,81 dan 7527,54.

