Volume SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp15,40 Triliun dari 34 Seri
Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Jumat (22/2/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Kamis, tanggal 21 Februari 2019 kemarin, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp15,40 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.
Adapun Surat Utang Negara pada seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,45 triliun dari 31 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Surat Utang Negara seri FR0078 senilai Rp1,86 triliun dari 68 kali transaksi.
Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Sukuk Negara Ritel seri SR010 dan SR009 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu masing-masing sebesar Rp152,66 miliar dari 11 kali transaksi dan Rp101,29 triliun untuk 14 kali perdagangan, kemudian diiringi oleh Project Based Sukuk seri PBS017 dengan volume sebesar Rp47,50 miliar untuk 11 kali transaksi.
Disisi lain, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,47 triliun dari 57 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Adapun untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Sulselbar Tahap I Tahun 2018 Seri A (BSSB02ACN1) didapati surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar yaitu sebesar Rp200,00 miliar dari 4 kali transaksi.
Selanjutnya volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri B (TUFI04BCN1) sebesar Rp180,00 miliar dari 5 kali perdagangan dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN7) sebesar Rp150 miliar untuk 5 kali transaksi.
Berikutnya, untuk surat utang korporasi dengan volume Rp120,00 miliar dari 2 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2018 (TPIA02CN1).
Sementara itu, pada perdagangan hari Kamis, tanggal 21 Februari 2019 kemarin, nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sebesar 29 pts (0,70%) di level 14071.
Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi pada kisaran 14041 hingga 14075.
Adapun pelemahan tersebut cukup fluktuatif dan terjadi sepanjang sesi perdagangan.
Rupiah mengalami koreksi terhadap Dollar Amerika ditengah mayoritas nilai tukar mata uang regional yang mengalami pelemahan, dimana nilai tukar mata uang yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 1,68% dan diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 1,12%.
Selanjutnya pelemahan mata uang terjadi pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,70% diiringi dengan mata uang Dollar Singapura (SGD) yang melemah sebesar 0,52% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Adapun pergerakan mata uang regional yang mengalami penguatan terjadi pada mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan mata uang Baht Thailand (THB) masing-masing menguat sebesar 0,44% dan 0,14% terhadap mata uang Dollar Amerika.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan terutama pada surat utang dari negara - negara maju yang dianggap sebagai safe haven asset di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham global.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan sehingga masing - masing berada pada level 2,69% dan 3,05%.
Imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun juga mengalami kenaikan masing-masing di level 1,202% dan 1,714%. Namun yang terjadi pada surat utang Jerman (Bund) didapati mengalami penurunan untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun yang mengalami penurunan masing-masing di level 0,124% dan 0,745%.
Adapun untuk pasar saham Amerika untuk indeks DJIA dan indeks NASDAQ juga mengalami koreksi sehingga masing-masing melemah berada pada level 25850,63 dan 7459,71.

