Volume SBN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp10,32 Triliun dari 43 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (27/9), terlihat mengalami kenaikan, dengan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp10,32 triliun dari 43 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangannya senilai Rp2,18 triliun.

Dalam laporan riset yang dirilis Jumat (28/9/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,27 triliun dari 49 kali transaksi di harga rata - rata 100,77% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,07 triliun dari 84 kali transaksi di harga rata - rata 92,82%.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS005 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp59 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 93,52% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Ritel seri SR008 senilai Rp19,92 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,33%.

Adapun dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,75 triliun dari 46 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp400 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap II Tahun 2017 Seri D (BMRI01DCN2) senilai Rp164 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 85,59%. 

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup dengan pelemahan sebesar 12,00 pts (0,08%) di level 14922,50 per Dollar Amerika.

Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 14887,50 hingga 14927,50 per Dollar Amerika, mata uang Rupiah memimpin pelemahan mata uang regional dimana sebagian besar mata uang regional justru menunjukkan penguuatan terhadap Dollar Amerika.

Selain Rupiah, mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan adalah Yen Jepang (JPY) sebesar 0,06% dan diikuti oleh Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,03%. Adapun penguatan mata uang regional dipimpin oleh Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,30% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,26% dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,18%.

Adapun pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin (27/9), ditutup bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan, dimana imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun terbatas di level 3,048% dan tenor 30 tahun yang juga mengalami penurunan di level 3,176% setelah Bank Sentral Amerika memutuskan kenaikan suku bunga acuan yang ketiga kalinya di tahun 2018 masing - masing sebesar 25 bps.

Bank Sentral Amerika juga menyampaikan bahwa tambahan kenaikan suku bunga masih akan dilakukan di tahun 2018 hingga setidaknya di tahun 2020. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) terlihat ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,528%.

Sementara itu, untuk surat utang Inggris terlihat mengalami penurunan di level 1,589%. Surat utang Thailand dan Malaysia juga terlihat mengalami penurunan masing - masing di level 2,812% dan 4,072%.