ANALIS MARKET (28/9/2018) : Pasar Obligasi Diproyeksi Bergerak Bervariasi
Pasardana.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariasi dengan potensi rentang naik turun sebesar 55 bps.
Menurut analis Kiwoom Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, pasar obigasi yang diperkirakan turun sebelumnya, mendadak mengalami kenaikkan meskipun tidak banyak akibat euforia dari kenaikkan tingkat suku bunga BI 7DRR. Kemarin pun Bank Indonesia menyampaikan bahwa ketidakpastian masih tinggi dan tingkat pertumbuhan tidak merata.
Bank Indonesia juga telah menyiapkan amunisi baru yaitu Domestic Non Deliverable Forward dalam melindungi resiko nilai tukar. Tidak seperti Non Deliverable Forward (NDF) di luar negeri, DNDF wajib didukung oleh underlying transaksi berupa perdagangan barang dan jasa, investasi dan pemberian kredit bank dalam valas. Dengan adanya underlying ini, Bank Indonesia meyakini spekulan tidak akan bisa masuk.
“Tentu hal ini merupakan sesuatu yang penting ditengah tengah volatilitas yang cukup tinggi dari Rupiah khususnya dimana biasanya spekulan cukup membawa pengaruh dalam hal ini. Selain itu, dengan kenaikkan Fed Rate yang tersisa 1x lagi, bukan tidak mungkin Bank Indonesia juga akan melakukan penyesuaian apabila dibutuhkan,” jelas Nico dalam laporan riset yang dirilis Jumat (28/9/2018).
Ditambahkan, seiring sejalan dengan keadaan Bank Indonesia, Bank Sentral Philipina juga menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 50 bps. Pengetatan moneter sudah mulai terlihat akibat dari kenaikkan tingkat suku bunga The Fed.
"Kami merekomendasikan hold hari ini, apabila ada pergerakan pasar melebihi 55 bps, maka akan menjadi arah selanjutnya," ujar Nico.
Sementara itu, diperdagangan obligasi kemarin (27/9), total transaksi dan frekuensi meningkat dibandingkan hari sebelumnya ditengah-tengah penantian akan pengumuman kenaikkan BI Rate kemarin (27/9).
Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi < 1 tahun, diikuti dengan 1 – 3 tahun dan 10 – 15 tahun. Sisanya tersebar tidak merata di semua tenor hingga 25 tahun.
"Para pelaku pasar dan investor kemarin sudah memperkirakan kenaikkan tingkat suku bunga, hanya saja kepastian dari Bank Indonesia yang membuatnya semuanya jelas," tandas Nico.

