Setelah IPO, PP Presisi Siap Tangkap Peluang Infrastruktur 2018
Pasardana.id - PT PP Presisi Tbk telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana saham (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 16 November 2017 lalu.
Saham Perseroan yang bernominal Rp100 per unit itu, akan dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 November 2017.
Dengan kondisi ini, akan mendorong perseroan dalam menangkap peluang potensi di berbagai proyek infrastruktur, mulai dari jalan tol hingga gedung bertingkat.
Perseroan juga mempunyai kompetensi dan peralatan yang mendukung pembangunan proyek-proyek tersebut, antara lain sekitar 1.500 unit armada alat berat dan 8 pabrik ready mix.
"Potensi pasar PP Presisi sangat besar. Dari proyek infrastruktur, antara lain jalan tol, pelabuhan laut, rel kereta, bandara, bendungan, jembatan, irigasi sampai gedung bertingkat akan dikerjakan oleh perusahaan," kata Direktur Keuangan PP Presisi, Benny Pidakso dalam siaran pers, Senin (20/11/2017).
Ia merinci, kontrak-kontrak anak perusahaan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) itu antara lain berasal dari pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta.
Sebagai gambaran, proyek infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yang berpotensi digarap mencakup 856 km jalan, 25 km jalan tol, rel kereta sepanjang 639 km, bandara di 15 lokasi, 47 unit bendungan, dan gedung bertingkat publik sebanyak 7.062 unit.
Adapun nilai proyek pembangunan jalan tol diperkirakan sebesar Rp125 miliar per km. Pekerjaan sipil untuk pembangunan jalan mencapai 40% sedangkan pekerjaan beton dan aspal sekitar 40% dengan nilai masing-masing Rp50 miliar. Untuk pembangunan 25 km jalan tol, nilai pasar pekerjaan sipil mencapai Rp1,25 triliun sedangkan pekerjaan beton dan aspal Rp1,25 triliun.
Sementara itu, nilai proyek untuk pembangunan bendungan di estimasi mencapai Rp1 triliun per bendungan, dengan komposisi pekerjaan sipil 60% dan beton 30%. Hal ini berarti untuk setiap bendungan, nilai pekerjaan sipil mencapai Rp660 miliar dan beton Rp330 miliar. Potensi pasar untuk pekerjaan sipil di proyek bendungan mencapai Rp31 triliun sedangkan untuk struktur beton sebesar Rp15,5 triliun.
“Seluruh pekerjaan konstruksi infrastruktur membutuhkan jasa pendukung konstruksi berbasis alat berat yang sesuai dengan kompetensi PP Presisi. Fakta tersebut membuat kami pemain terbesar di industri konstruksi berbasis alat berat untuk pekerjaan sipil dan struktur bangunan," jelas Benny.
Pekerjaan sipil yang dikerjakan PP Presisi mencakup gali dan urug (cut and fill), soil ripening (pematangan lahan), ready mix concrete, asphalt hotmix, dan rigid pavement. Sementara itu, pekerjaan struktur bangunan meliputi pembangunan pondasi (bore pile), pembuatan struktur bangunan (form work) dengan bekisting (cetakan), dan pengecoran beton ready mix. Perseroan memiliki armada form work seluas 27.000 m2 dan 8 pabrik ready mix.
Sejumlah perusahaan konstruksi nasional dan internasional telah menggunakan jasa PP Presisi, seperti PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Hutama Karya (Persero), PT Istaka Karya Persero, PT Nindya Karya (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Acset Indonusa Tbk (ACST), PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT Jagat, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), PT PP Taisei Indonesia Construction, dan PT Leighton.
Jasa Perseroan juga digunakan oleh perusahaan properti, seperti Kota Deltamas dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Adapun perusahaan non-konstruksi yang menjadi klien PP Presisi seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT Pertamina EP (Persero), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Pama Persada, Dongfang Electric, Noble Energy, dan HEC China Harbour.
Â