Volume SBN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp10,87 Triliun dari 41 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (05/12), tercatat senilai Rp10,87 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp5,06 triliun.

Dalam laporan riset yang dirilis Kamis (06/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0065 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,297 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 87,67% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,753 triliun dari 22 kali transaksi di harga rata - rata 91,93%.

Dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS012 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp219,00 miliar dari 26 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 senilai Rp95,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga 99,42%.

Adapun dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,35 triliun dari 51 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap III Tahun 2017 Seri B (BBRI02BCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150,00 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 98,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) senilai Rp120,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,82%.

Sementara itu, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank CIMB Niaga Tahap I Tahun 2018 Seri B (SMBNGA01BCN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp39,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,09%.

Disisi lain, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin (05/12) ditutup dengan pelemahan sebesar 111,00 pts (0,78%) di level 14402,50 per Dollar Amerika setelah beregrak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14362,50 hingga 14425,00 per Dollar Amerika.

Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut menjadikan mata uang Rupiah menjadi mata uang regional dengan pelemahan terbesar terhadap Dollar Amerika yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,77% dan mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,41%.

Kekhawatiran atas kegagalan kesepakatan tarif dagang antara China dan Amerika serta prospek dari pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan akan mengalami perlambatan menjadi faktor pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika.

Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah liburnya pasar keuangan Amerika Serikat.

Imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan kenaikan, masing - masing di level 1,308% dan 0,276% meskipun pasar saham di kedua negara tersebut mengalami penurunan yang cukup besar di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap perkembangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

Sedangkan imbal hasil surat utang Singapura dan Thailand, pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan imbal hasil masing - masing di level 2,249% dan 2,648%.

Menurut I Made, seiring dengan penurunan harga yang terjadi sejak awal pekan ini, harga Surat Utang Negara mulai meninggalkan area jenuh beli (overbought) dan mulai terbentuknya sinyal perubahan tren pergerakan harga dari tren kenaikan harga menjadi tren penurunan harga.

“Apabila penurunan harga berlanjut dalam beberapa hari perdagangan kedepan, maka akan mengkonfirmasi terbentuknya tren penurunan harga Surat Utang Negara,” tandasnya.