Volume SBN Diperdagangan Jumat Lalu Senilai Rp8,75 Triliun dari 36 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan (14/12) lalu, tercatat senilai Rp8,75 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,77 triliun.
Dalam riset yang dirilis Senin (17/12/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara Ritel seri ORI015 mendominasi perdagangan Surat Utang Negara senilai Rp2,162 triliun dari 1446 kali transaksi dengan harga rata - rata 100,29% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,669 triliun dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 91,30%.
Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp161,00 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan seri PBS012 senilai Rp133,00 miliar dari 13 kali transaksi.
Disisi lain, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,16 triliun dari 37 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap III Tahun 2018 Seri A (SMII01ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp318,00 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap IV Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN4) senilai Rp180,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 99,12%.
Sementara itu, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Astra Sedaya Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (SMASDF01ACN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terebsar, senilai Rp3,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,72%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 94,80 pts (0,58%) di level 14581,30 per Dollar Amerika, setelah bergerak dengan tren mengalami pelemahan pada kisaran 14513,00 hingga 14592,50 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada akhir pekan kemarin terjadi di tengah mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika.
Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,65% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,47%.
Sementara itu, dalam sepekan terakhir, pergerakan nilai tukar regional juga terlihat mengalami pelemahan, dengan dimpimpin oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 1,40% dan Won Korea Selatan sebesar 0,98%. Mata uang Rupiah dalam sepekan bergerak dengan mengalami pelemahan sebesar 0,72%.
Lebih lanjut diungkapkan, Imbal hasil surat utang global pada akhir pekan kemarin (14/12) ditutup dengan mengalami penurunan di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham global mendorong investor untuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman (safe haven asset).
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 2,895% dan 3,152% setelah pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 2,02% untuk indeks saham DJIA dan sebesar 2,26% untuk indeks saham NASDAQ.
Imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman juga ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 1,246% dan 0,261% di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham kedua negara tersebut serta ketegangan geopolitik di kawasan Uni Eropa.
Imbal hasil surat utang Jepang ditutup dengan mengalami penurunan, di level 0,027% yang merupakan penurunan imbal hasil surat utang global terbesar, yaitu 48,09% dari posisi pentupan sebelumnya di level 0,052%.
“Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan,” jelas I Made.

