Volume SBN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp8,79 Triliun dari 43 Seri
Pasardana.id - Menutup perdagangan di akhir bulan Oktober 2018, Rabu (31/10), volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (30/10), yakni tercatat senilai Rp8,79 triliun dari 43 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,29 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Kamis (01/11/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,99 triliun dari 89 kali transaksi di harga rata - rata 98,67% dan diikuti oleh perdagangan seri FR0078 senilai Rp1,45 triliun dari 59 kali transaksi di harga rata - rata 97,28%.
Sedangkan Project Based Sukuk seri PBS019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp100,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 97,87% dan diikuti oleh perdagangan seri PBS012 senilai Rp72,19 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 97,51%.
Sedangkan dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp952,49 miliar dari 52 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Pupuk Indonesia Tahap I Tahun 2017 Seri A (PIHC01ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp140,0 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 98,52% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi II Bank CIMB Niaga Tahun 2010 (BNGA02SB) senilai Rp80,0 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 101,59%.
Sementara itu, bergerak pada kisaran 15202,00 hingga 15231,00 per Dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 21,00 pts (0,14%) di level 15202,50 per Dollar Amerika.
Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang cenderung mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika.
Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,39% yang diikuti oleh pelemahan terbatas atas mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,08%.
Adapun mata uang Baht Thailand (THB) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,37% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,10%.
Di sepanjang bulan Oktober 2018, mata uang Rupiah mencatatkan pelemahan terhadap Dollar Amerika sebesar 1,97% dan di sepanjang tahun 2018 mencatatkan pelemahan sebesar 10,75%.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan, terutama pada surat utang negara - negara maju. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup naik di level 3,149% dan 3,394% setelah data tenaga kerja menunjukkan bahwa perusahan - perusahaan di Amerika Serikat melanjutkan peningkatan jumlah tenaga kerja mengindikasikan adanya perbaikan kondisi ekonomi.
Kenaikan imbal hasil juga didapati pada surat utang Jerman dan Inggris, yang masing - masing ditutup naik di level 0,386% dan 1,436%.
Surat utang global yang mengalami penurunan pada perdagangan kemarin selain Surat Utang Negara adalah surat utang Malaysia dan Thailand yang masing - masing ditutup turun di level 4,094% dan 2,836%.

