Volume SBN Diperdagangan Rabu Kemarin Senilai Rp10,76 Triliun dari 36 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (24/10) mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya (23/10), yakni tercatat senilai Rp10,76 triliun dari 36 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,04 triliun.
Dalam laporan riset yang dirilis Kamis (25/10/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp2,98 triliun dari 96 kali transaksi di harga rata - rata 96,92% dan diikuti oleh perdagangan seri FR0069 senilai Rp1,13 triliun dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 100,54%.
Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp160,0 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 98,06% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp26,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,70%.
Sementara itu, dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp794,03 miliar dari 40 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi I Jakarta Lingkar Baratsatu Tahun 2018 Seri A (JLBS01A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp208,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,05% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II PLN Tahap III Tahun 2018 Seri E (PPLN02ECN3) senilai Rp100,0 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup dengan mengalami pelemahan terbatas sebesar 5,50 pts (0,04%) di level 15197,00 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan arah perubahan yang berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan di kisaran 15180,00 hingga 15198,00 per Dollar Amerika.
Pergerakan mata uang regional terhadap Dollar Amerika juga terlihat bervariasi dimana mata uang Baht Thailand (THB) mengalami pelemahan sebesar 0,32% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,16%.
Adapun mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, dengan mengalami penguatan sebesar 0,49% yang diikuti oleh Won korea Selatan (KRW) sebesar 0,47%.
Sementara itu, imbal hasil surat utang global bergerak dengan mengalami penurunan ditengah meningkatnya permintaan terhadap instrumen yang lebih aman seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham.
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan di level 3,117% dan 3,336% setelah indeks pasar saham Amerika mengalami koreksi yang berkisar antara 2,41% hingga 4,43% untuk masing - masing indeks saham utamanya. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga mengalami penurunan di level 0,394% dan 1,444%. Sedangkan imbal hasil surat utang Jepang dan Thailand terlihat mengalami penurunan di level 0,128% dan 2,844%.

