Imbal Hasil SUN Kembali Turun

foto : istimewa

Pasardana.id - Imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan Surat Utang Negara (SUN) pada Rabu kemarin, kembali mengalami penurunan di tengah memudarnya kekhawatiran atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa serta disahkannya Undang Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesti) oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 11 bps dimana hampir sebagian besar Surat Utang Negara mengalami penurunan imbal hasil.

Penurunan imbal hasil menandakan terjadi penguatan harga SUN sehingga menekan besaran imbal hasil.
 
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 5 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 2 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 4 - 10 bps dengan didorong oleh kenaikan harga yang berkisar antara 15 - 45 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang cenderung mengalami penurunan berkisar antara 1 - 11 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 15 - 110 bps.

"Perubahan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didukung oleh faktor internal dan eksternal,"jelas analis fixed income PT MNC Securities, I Made Adi Saputra, kepada Pasardana.id, Kamis (30/6/2016).

Dari dalam negeri, disahkannya Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) oleh Dewan Perwakilan Rakyat menjadi katalis positif bagi pasar Surat Utang Negara mengingat salah satu alternatif instrumen untuk menampung aliran dana dari hasil tax amnesty adalah Surat Utang Negara dan obligasi korporasi.

Selain itu katalis positif juga berasal dari disepakatinya APBN - P oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dimana asumsi defisit APBN yang disepakati adalah sebesar Rp296,72 triliun atau setara dengan 2,35% dari PDB sehingga penambahan jumlah penerbitan Surat Berharga Negara diperkirakan kurang lebih sebesar 23 triliun.

Penambahan tersebut tidak begitu besar berdampak terhadap penerbitan di Semester II 2016, mengingat hingga akhir Juni 2016 pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara mendekati 80% dari total target penerbitan di tahun 2016.
 
Sementara itu, faktor eksternal yang mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder adalah memudarnya kekhawatiran investor terhadap dampak atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya.

Hal tersebut tercermin pada kenaikan indeks saham global serta harga komoditas yang mengalami kenaikan. Selain itu, kekhawatiran atas melambatnya ekonomi global mendorong beberapa Bank Sentral untuk mengeluarkan stimulus moneter guna mendorong pertumbuhan ekonomi dimana hal tersebut juga berdampak positif terhadap ekonomi negara berkembang.