Laba Timah per September Anjlok 97,7%, Harga Saham Turun 44%

Pundi-pundi PT Timah Tbk (TINS) tampak semakin menipis seiring merosotnya keuntungan per September 2015. Penurunan keuntungan TINS itu, antara lain disebabkan oleh anjloknya harga jual rata-rata logam timah hingga 22,15% menjadi US$16.516 per metrik ton sampai September 2015, dari US$22.870 per metrik ton per September 2014.

 

Dari laporan keuangan per September 2015 yang diumumkan, Kamis (29/10) terpampang, laba Timah mencapai Rp10,58 miliar pada Januari-September 2015, anjlok 97,67% dibanding laba Rp454,85 miliar pada periode sama 2014. Kemerotan harga jual logam timah yang diperburuk oleh kelesuan ekonomi Amerika Serikat dan China menyebabkan permintaan timah di pasar dunia turun drastis hingga September 2015..

Meski laba Timah tergerus, perseroan masih mencatatkan penjualan sebesar Rp5,14 triliun per September 2015, naik 13,27% dari Rp4,53 triliun pada periode yang sama 2014. Bahkan produksi logam timah juga meningkat 12,20% menjadi 20.870 metrik ton, dibanding 16.601 metrik ton per September 2014. Begitu juga penjualan logam timah naik 45,26%, dari 15.664 metrik ton menjadi 22.754 metrik ton per September 2015.

 

Sayang, kenaikan penjualan diikuti dengan peningkatan beban pokok sebesar 40,42% menjadi Rp4,63 triliun, dari Rp3,3 triliun per September 2014. Lonjakan beban pokok tersebut menyebabkan laba kotor BUMN beraset Rp9,84 triliun per September 2015 itu terpangkas 52%, dari Rp1,05 triliun menjadi Rp507,8 miliar per September 2014.

 

Seiring anjloknya kinerja keuangan perseroan per September 2015, harga saham TINS di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ikut terperosok cukup dalam. Pada periode 2 Januari 2015 hingga 28 Oktober 2015, saham emiten timah milik pemerintah Indonesia tersebut telah turun sebesar 44%, dari posisi Rp1.170 per saham menjadi Rp650 per saham. (*)