ANALIS MARKET (13/2/2025): IHSG Masih Berpeluang Melemah

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, S&P 500 turun pada perdagangan hari Rabu (12/02/25), setelah data yang menunjukkan kenaikan inflasi yang tidak terduga semakin mempersempit jalur pemangkasan suku bunga Federal Reserve.

Partai Republik di DPR AS meluncurkan rencana fiskal yang akan memangkas pajak sekitar $4,5 triliun selama satu dekade dan menaikkan pagu utang federal sebesar $4 triliun.

Pasar kini hanya memperkirakan satu kali pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini, yang akan membuat Fed Fund Rate masih stuck di atas 4,00%.

YIELD US TREASURY tenor 10 tahun naik 10 basis poin, yield curve menanjak, US DOLLAR melonjak, dan pasar saham terkoreksi.

Dow Jones Industrial Average ditutup terpangkas 224 poin, atau 0,5%, indeks S&P 500 turun 0,3%, namun NASDAQ Composite berhasil naik tipis 0,03%.

Pelaku pasar bertaruh pada hanya satu pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed akhir tahun ini setelah rilis data Inflasi AS, turun dari sekitar 36 basis poin pelonggaran yang diharapkan pada tahun 2025.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan, yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi dan ekspektasi inflasi, melonjak lebih dari 10 basis poin dan terakhir berada di 4,65%, tertinggi dalam hampir 3 minggu.

MARKET SENTIMENT: US CPI naik lebih dari perkiraan pada bulan Januari, menunjukkan tekanan inflasi masih ada untuk mengarahkan Federal Reserve berpikir hati-hati sebelum memutuskan penurunan suku bunga di masa mendatang. Headline inflation meningkat sebesar 3,0% yoy, di atas ekspektasi bahwa pembacaan masih akan sama dengan laju Desember sebesar 2,9%. Secara bulanan, IHK AS tak terduga meningkat menjadi 0,5%, naik dari 0,4% pada bulan sebelumnya dan jelas lebih panas dari ekspektasi para ekonom sebesar 0,3%. Inflasi inti, yang mengecualikan komponen yang mudah berubah seperti makanan dan energi, juga naik lebih tinggi dari yang diramalkan, naik 0,4% secara bulanan dan 3,3% secara tahunan, di atas prediksi masing-masing 0,3% dan 3,1%. Macquarie mengatakan bahwa kejutan dalam inflasi AS kali ini semakin memperkuat proyeksi untuk jeda panjang pada pemotongan suku bunga The Fed di tahun 2025; sejalan dengan apa yang baru dikatakan Fed Chairman Jerome Powell hari Selasa bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat bahwa bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 1% pada tahun 2024, dan di tengah kenyataan ekonomi AS tetap kuat. Dalam kesaksiannya di hari kedua di hadapan Kongres, Powell mengatakan bahwa The Fed ingin mempertahankan kebijakan moneter restriktif untuk saat ini, mengingat inflasi semakin menjauh dari target 2% bank sentral AS. US PPI masih akan mewarnai rangkaian data Inflasi AS nanti malam yang diperkirakan akan juga hasilkan angka di atas perkiraan, beserta data mingguan biasa Initial Jobless Claims.

– MUSIM LAPORAN KEUANGAN: Cisco Systems akan melaporkan pendapatan kuartalannya setelah bel penutupan pada hari Rabu, dengan para analis mengamati perkembangan seputar demand terkait AI untuk peralatan jaringan grup tersebut.

MARKET EROPA & ASIA: INGGRIS akan menjadi sorotan hari ini dengan laporan angka awal GDP 4Q mereka , yang diharapkan mampu semakin meningkat ke arah 1.1% yoy. Tentunya ini baru bisa tercapai ketika nyata adanya perbaikan positif pada Industrial dan Manufacturing Production (Dec) mereka yang sempat kontraksi sebelumnya di bulan Nov. Bicara soal Inflasi, hari ini giliran GERMAN CPI (Jan) yang juga akan dipantau, namun berkebalikan dengan US, IHK di negara ekonomi nomer satu Eropa ini justru diprediksi mendingin ke level 2.3% yoy, dari 2.6% sebelumnya. Sementara EUROZONE akan menghadirkan EU Economic Forecasts sambil menantikan data Industrial Production (Dec).

– YEN JEPANG mengalami hari terburuknya tahun ini terhadap US DOLLAR pada hari Rabu tetapi diharapkan dapat bangkit kembali pada hari Kamis ketika angka PPI Jepang (Jan) menunjukkan hasil yang kuat. Inflasi di tingkat produsen Jepang ternyata memanas di angka 4.2% yoy, 0.2% di atas ekspektasi 4.0% dan 0.3% lebih tinggi dari bulan Dec pada 3.9%. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak Juni 2023 dan memperkuat argumen untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

KOMODITAS: Harga MINYAK anjlok lebih dari 2% pada hari Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mengambil langkah besar pertama dalam diplomasi terkait PERANG RUSIA – UKRAINA yang telah dijanjikannya untuk diakhiri, perang yang sejatinya telah mendukung harga minyak dari kekhawatiran tentang pasokan global. Futures harga minyak BRENT merosot $1,82, atau 2,36%, pada $75,18 per barel. Minyak mentah US WTI terperosok $1,95, atau 2,66%, menjadi $71,37. US WTI bahkan sempat turun lebih dari $2 pada sesi terendahnya, setelah sempat alami kenaikan tiga hari, di mana Brent menguat 3,6% dan US WTI naik 3,7%. Presiden AS Donald Trump membahas perang di Ukraina melalui panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Para trader menilai, dengan Trump melakukan pembicaraan damai, ini dapat menghilangkan sebagian premi risiko dari harga minyak saat ini.

– Bicara soal supply, Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan stok minyak mentah AS membukukan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan pada minggu lalu. EIA meningkatkan estimasi produksi minyak mentah AS, walau tidak mengubah proyeksi permintaan. Kini, EIA memperkirakan produksi minyak mentah AS akan mencapai rata-rata 13,59 juta barel per hari pada tahun 2025, naik dari estimasi sebelumnya sebesar 13,55 juta barel per hari.

– Di tempat lain, RUSIA mungkin terpaksa mengurangi produksi minyaknya dalam beberapa bulan mendatang karena sanksi AS menghambat aksesnya ke kapal tanker untuk berlayar ke Asia dan serangan drone Ukraina menghambat aktifitas kilang-kilangnya. OPEC mengatakan dalam laporan bulanan bahwa permintaan minyak global akan naik sebesar 1,45 juta barel per hari (bph) pada tahun 2025 dan sebesar 1,43 juta bph pada tahun 2026. Kedua perkiraan tersebut tidak berubah dari bulan lalu.

– EMAS terus menanjak dan mencetak rekor baru hampir setiap hari. Emas sudah naik di atas angka $2900 untuk pertama kalinya, dan terus mendekati target level psikologis baru $3K. Kekuatan emas saat ini berasal dari kombinasi ketidakpastian geopolitik, kekhawatiran inflasi, kebijakan bank sentral, serta demand yang terus kuat dari bank sentral dan investor ritel. Sejauh ini, investor logam mulia telah mengabaikan penguatan baru Dolar AS dan rebound dalam imbal hasil obligasi, keduanya didorong oleh data AS yang lebih kuat minggu lalu.

IHSG rebound tinggi sesuai ekspektasi, dari area support jk.panjang sekitar 6550-6500 , di kala indikator RSI sudah masuki wilayah Oversold, didukung kebangkitan saham-saham bluechips yang memang juga telah jatuh dalam ke area support kuatnya. Penguatan IHSG 113 pts / +1.75% ke level 6645.78 memunculkan candle serupa Bullish Piercing , namun belum didukung oleh belanja asing. Foreign Net Sell masih terdata IDR 208.21 milyar (all market). Nilai tukar RUPIAH masih stagnan di sekitar 16355 / USD, mungkin karena posisi DXY (DOLLAR INDEX) yang masih bertahan berhubung angka Inflasi AS baru dirilis memanas.

Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, analis NH Korindo Sekuritas menilai, technical rebound kemarin masih rapuh, dengan fokus hari ini adalah untuk menembus level Resistance di 6660, sebelum lebih leluasa melaju untuk TUTUP GAP di 6830.

Para investor / trader belum disarankan untuk Average Up terlalu agresif karena masih rentannya faktor sentimen global dari Inflasi AS.

“Secara teknikal, RSI positive divergence, at long term support area. Diperkirakan Resist : 6750 / 6930-7000 / 7330-7390 dan Support : 6500-6600. Advise : Spec Buy,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Kamis (13/2).