ANALIS MARKET (09/1/2025) : Minim Katalis, Wait and See

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Indeks S&P 500 ditutup menguat tipis 0.16% pada perdagangan hari Rabu (08/01/25), seiring saham Teknologi memangkas kerugian mereka setelah imbal hasil US Treasury stabil bahkan saat notulen rapat Federal Reserve bulan Desember mengisyaratkan laju penurunan suku bunga ke depannya akan lebih lambat.

DJIA naik 0.25%, sementara NASDAQ Composite tergelincir 0.1%. Aksi sell-off obligasi global berlanjut kemarin , menekan saham-saham Wall Street secara keseluruhan dan mendongkrak US Dollar didukung tanda -tanda kekuatan ekonomi AS yang berkelanjutan meredupkan ekspektasi untuk pemotongan suku bunga jangka pendek yang agresif.

Imbal hasil obligasi acuan AS yang bertenor 10 tahun sempat naik setinggi 4,73%, merupakan titik peak sejak April 2024, melanjutkan kenaikan 7 basis poin pada hari Selasa.

Terakhir US10YT naik 0,2 basis poin menjadi 4,687%. Aksi sell-off obligasi meningkat setelah laporan CNN menyebutkan bahwa Presiden terpilih AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional untuk memberikan justifikasi hukum atas serangkaian tarif universal pada sekutu dan musuh.

Pelaku pasar menyadari bahwa sejak Trump terpilih menjadi presiden terbaru AS, suku bunga punya kecenderungan terus naik, didukung oleh tema kebijakannya, baik itu tarif, pemotongan pajak, atau deportasi, yang semuanya bersifat inflasioner.

MARKET SENTIMENT: Data ekonomi AS yang kuat telah membebani obligasi pemerintah AS dalam beberapa minggu terakhir, membuat para investor mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut. Pasar hanya memperkirakan satu pemangkasan suku bunga saja yang akan terjadi pada tahun 2025 dengan besaran 25bps, sementara hanya melihat peluang sekitar 60% untuk adanya pemangkasan kedua di tahun ini. ADP Nonfarm Employment Change menyatakan adanya tambahan 122ribu pekerjaan baru di sektor swasta pada bulan Dec, lebih rendah dari forecast maupun bulan Nov. Walau demikian, Initial Jobless Claims mencatat klaim pengangguran justru muncul 201ribu saja di pekan terakhir, lebih rendah dari konsensus 214ribu dan pekan sebelumnya 211ribu.

PASAR EROPA: Di belahan dunia lain, saham Eropa merosot, di mana STOXX 600 pan-Eropa ditutup turun 0,2%, dengan sebagian besar bursa regional juga berada di zona merah. Indeks saham MSCI global turun 0,12% menjadi 845,95. Imbal hasil obligasi pemerintah Eropa melonjak, dengan lelang obligasi acuan JERMAN bertenor 10 tahun mencapai titik yield tertinggi dalam 6 bulan pada 2.510%, dibanding 2.07% pada sebulan lalu ; padahal German Factory Orders & Retail Sales mereka masih terkontraksi makin dalam di bulan Nov. Imbal hasil obligasi INGGRIS bertenor 10 tahun juga naik lebih dari 11 basis poin menjadi 4,82%, tertinggi sejak 2008. Hari ini giliran akan dipantau German Industrial Production & Trade Balance untuk bulan Nov juga.

PASAR ASIA: Inflasi CHINA (Dec) akan jadi sorotan hari ini , di mana konsensus menyebutkan CPI masih akan bertahan positif 0,1% yoy , walau turun dari bulan sebelumnya 0,2% ; namun PPI terdeteksi masih akan lanjutkan deflasi sebesar 2,4% , ketimbang 2,5% pada bulan Nov.

CURRENCY: DOLLAR INDEX (DXY) , yang mengukur kekuatan greenback terhadap 6 mata uang utama dunia lainnya termasuk Yen dan Euro, naik 0,29% menjadi 109,02, dengan Euro turun 0,23% pada $1,0315.

KOMODITAS: Harga MINYAK tertekan oleh Dollar yang lebih kuat dan setelah muncul data penurunan yang lebih kecil dari perkiraan pada stok bahan bakar AS di minggu lalu. Minyak mentah BRENT ditutup turun 89 sen, atau 1,16%, menjadi $76,23 per barel. Minyak mentah AS West Texas Intermediate (US WTI) turun 93 sen, atau 1,25%, menjadi $73,32. Di sudut komoditas lain , harga EMAS naik 0,51% menjadi $2.662,90 / ons, sementara harga futures emas AS ditutup masih merangkak naik 0,3% pada $2.672,40.

BANK INDONESIA melaporkan posisi Cadangan Devisa per akhir Desember 2024 mencapai US$155,7 miliar. Jumlah tersebut terpantau naik US$5,05 miliar dari November 2024 yang senilai US$150,2 miliar. Capaian tersebut bukan hanya paling signifikan sepanjang 2024, namun juga tercatat memecahkan rekor cadangan devisa tertinggi setelah Oktober 2024 yang senilai US$151,2 miliar. Penerimaan bersumber dari pajak & jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa migas. Dengan demikian posisi cadev terkini setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta aman di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Hari ini akan dinantikan data : Keyakinan Konsumen (Dec) serta angka penjualan sepeda motor (Dec).

IHSG berada pada posisi kritis tepat di Support MA10 ketika ia menutup posisi perdagangan Rabu (08/01/25) terkoreksi tipis hampir 3pts ke 7080,35 ditimpali oleh Foreign Net Sell yang masih terjadi di ALL market sebesar IDR 353,71 milyar. USD/IDR kembali merangsek naik ke posisi IDR 16,247 / USD akibat DXY yang bertahan di ketinggian.

Analis NH Korindo Sekuritas menilai, posisi IHSG saat ini masih rentan konsolidasi lebih lanjut ke arah level psikologis 7000, secara minimnya katalis positif yang bisa memampukan IHSG menembus Resistance 7190-7200.

Oleh karena itu, menghadapi gejolak dinamika market para investor / trader disarankan lebih perbanyak sikap WAIT & SEE menyongsong data US Nonfarm Payroll, atau setidaknya terapkan money-management yang bijak dalam trading plan.

“IHSG minim katalis. Advise : Wait and See,” sebut analis NH Korindo Sekuritas dalam riset Kamis (09/1).