ANALIS MARKET (29/7/2024) : Demand Terhadap SBN Berdenominasi Rupiah Berpotensi Meningkat
Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, pada sesi perdagangan terakhir pekan lalu 926/7), harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup lebih tinggi dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,76%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,97%. Sementara data Bloomberg menunjukkan level yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 1 basis poin menjadi 6,98%.
Di sisi lain, Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp14,1 triliun di hari Jumat, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp16,6 triliun.
FR0100 dan FR0101 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp4,1 triliun dan Rp2,8 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp990,8 miliar.
Sedangkan Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, beli neto oleh investor asing sebesar Rp1,93 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 22 – 25 Juli 2024.
Beli neto tersebut terdiri dari beli neto sebesar Rp3,37 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp0,05 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp1,39 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Laporan tersebut juga menunjukkan berdasarkan data setelmen year-to-date per 25 Juli 2024, nonresiden telah mencatatkan jual neto Rp32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,89 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp169,41 triliun di SRBI.
Adapun data Bloomberg menunjukkan, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,31% dari level Rp16.250/ US$ di hari Kamis menjadi Rp16.301/US$.
Di sisi lain, dari eksternal, Indikator global per posisi Jumat (26/7) menunjukkan sentimen yang cenderung positif, tergambar dari penurunan yield US Treasury (UST) dan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia.
Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 7 bp dari hari sebelumnya menjadi 4,06%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 7 bp menjadi 4,20%.
Sementara CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 2 bp menjadi 75 bp.
Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun tercatat turun sebesar 5bp dan CDS 5-tahun Indonesia turun 2 bp.
Sedangkan Rupiah mencatatkan pelemahan mingguan sebesar 0,68%. Sementara itu, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan peningkatan mingguan sebesar 3 bp dan berakhir di level 6,98% minggu lalu.
Para market participant menanti view terkini US Federal Reserve yang akan menyelenggarakan FOMC Meeting tanggal 30-31 Juli mendatang.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 29 Juli – 2 Agustus, yield curve SUN 10-tahun diperkirakan akan bergerak di kisaran 6,82%-7,10%. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0084, FR0071, FR0101, FR0052, FR0087, FR0085, FR0073, FR0054, FR0058, FR0065, FR0100,” sebut analis BNI Sekuritas dalam riset Senin (29/7).