ANALIS MARKET (26/7/2024) : Ada Potensi Peningkatan Volatilitas pada Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah
Pasardana.id - Riset harian Fixed Income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada sesi perdagangan kemarin (25/7).
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 3 basis poin menjadi 6,78%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,96%.
Sementara data Bloomberg menunjukkan, level yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,99%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range kami untuk minggu ini, yaitu di kisaran 6,83-7,10%.
Sedangkan volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp16,6 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11,7 triliun.
FR0081 dan FR0100 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp2,7 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright traded tercatat sebesar Rp1,2 triliun.
Di sisi lain, data Bloomberg menunjukkan, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,22% dari level Rp16.215/ US$ di hari Rabu menjadi Rp16.250/US$.
Dari eksternal, US Department of Commerce menyampaikan laporan estimasi awal pertumbuhan PDB sebesar 2,8% pada 2Q24.
Laju pertumbuhan tersebut melampaui estimasi para ekonom yang disurvei Reuters, yang memperkirakan laju pertumbuhan sebesar 2,0%.
Sementara itu, US Labor Department melaporkan initial jobless claims untuk minggu yang berakhir pada tanggal 20 Juli tercatat sebesar 235 ribu klaim, lebih rendah sekitar 10 ribu klaim dibandingkan minggu sebelumnya.
Angka initial jobless claims tersebut sedikit di bawah estimasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan 238 ribu klaim.
Dengan inflasi Juni AS yang relatif lebih lambat dibandingkan pertengahan 1H24, para market participant mengantisipasi US Federal Reserve dapat memangkas Federal Funds Rate (FFR).
Berdasarkan CME FedWatch Tools, para market participant mengantisipasi the Fed dapat mulai memangkas FFR FOMC Meeting September mendatang.
Sementara itu, Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung mixed.
Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun meningkat sebesar 1 bp menjadi 4,13%, sementara yield curve UST 10-tahun turun sebesar 1 bp menjadi 4,27%.
Sedangkan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 3 bp menjadi 77 bp.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, kami melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield dari instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0086, FR0071, FR0101, FR0085, FR0073, FR0058, FR0065, FR0100,” sebut analis fixed income BNI Sekuritas dalam riset Jumat (26/7).