Surplus Dagang Makin Besar, Transaksi Berjalan Masih Bisa Defisit 0,9 Persen dari PDB

foto: dok. Bank Indonesia

Pasardana.id - Neraca perdagangan melanjutkan surplus dalam bulan secara beruntun.

Per November 2024 tercatat sebesar US$4,42 miliar.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus ini lebih tinggi dari surplus pada Oktober 2024 yang sebesar US$2,48 miliar.

Namun secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia di sepanjang tahun 2024 (Januari-November) lebih rendah daripada surplus pada periode yang sama pada tahun 2023.

Angkanya US$28,86 miliar dari US$33,60 miliar.

Meski begitu Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, dikutip Selasa (17/12/2024).

Sementara itu, meski surplus dagang makin besar, Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan neraca transaksi berjalan mengalami defisit sebesar 0,9% terhadap PDB pada 2024.

Dalam hal ini, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran masih menjadi faktor risiko yang dapat mengganggu perdagangan internasional.

Namun demikian, prospek penurunan suku bunga acuan di negara-negara maju, serta stimulus dari pemerintah Tiongkok, diperkirakan berpotensi mendukung pemulihan ekonomi global, yang akan meningkatkan permintaan ekspor Indonesia.

"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,06% pada tahun 2024," tulis Tim riset ekonomi Bank Mandiri.