Pendapatan Bunga Topang BBCA Raup Laba Rp29 Triliun Pada Akhir September 2022

Pasardana.id - PT Bank Central Asia Tbk (IDX: BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp29 triliun pada akhir September 2022, atau naik 24,8 persen dibanding periode sama tahun 2021.
Presiden Direktur BBCA, Jahja Setiaatmadja menjelaskan, laba itu ditopang pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama sembilan bulan pertama tahun 2022, yakni naik 9,3 persen secara tahunan menjadi Rp46,1 triliun.
Lalu, pendapatan selain bunga tumbuh 7,8 persen secara tahunan menjadi Rp16,7 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15,2 persen secara tahunan.
Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp62,8 triliun atau naik 8,9 persen secara tahunan.
”Pada sisi biaya provisi tercatat turun Rp3,7 triliun dibandingkan tahun lalu,” kata dia kepada media, Kamis (20/10/2022).
Ia melanjutkan, BBCA melanjutkan tren pertumbuhan kinerja hingga sembilan bulan pertama tahun 2022, dengan membukukan peningkatan total kredit sebesar 12,6 persen secara tahunan per September 2022.
Jahja merinci, kredit korporasi meningkat 13,4 persen secara tahunan mencapai Rp306,1 triliun di September 2022, sedangkan kredit komersial dan UKM naik 12,6 persen secara tahunan mencapai Rp203,5 triliun.
KPR tumbuh 10,4 persen secara tahunan menjadi Rp105,0 triliun, dan KKB naik 9,2 persen secara tahunan menjadi Rp43,8 triliun.
Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,8 persen secara tahunan menjadi Rp13,0 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 10,4 persen secara tahunan menjadi Rp165,0 triliun.
“Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 12,6 persen secara tahunan menjadi Rp682 triliun,” kata dia.
Ia menegaskan, pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal.
Hal itu tergambar dari Rasio loan at risk (LAR) yang turun ke level 11,7 persen di sembilan bulan pertama tahun 2022, dibandingkan 17,1 persen di tahun sebelumnya.
Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga sebesar 2,2 persen, sementara rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level yang solid, masing-masing sebesar 247,9 persen dan 49,9 persen.
Pada sisi lain, kata dia, dana giro dan tabungan (CASA) naik 15,1 persen secara tahunan, ditopang oleh tingginya frekuensi transaksi dan peningkatan basis nasabah.
“CASA berkontribusi hingga 81% dari total dana pihak ketiga,” terang Jahja.
Lebih lanjut Jahja bilang, pertumbuhan CASA menjadi penopang utama bagi kenaikan total dana pihak ketiga yang mencapai Rp1.026 triliun, atau tumbuh 11 persen secara tahunan.
“Sejalan dengan capaian tersebut, total aset BCA naik 10,2 persen secraa tahunan menjadi Rp1.289 triliun,” pungkas dia.