Rugi Triliunan Rupiah, Pengusaha Bioskop dan Insan Perfilman Surati Jokowi
Pasardana.id - Sejak pandemi Covid-19 masuk Indonesia tahun lalu, kondisi industri perfilman Indonesia kian terpuruk, termasuk bioskop-bioskop yang menjadi ruang pemutaran film.
Sementara itu, seruan Presiden Jokowi buat membenci produk asing menarik perhatian khalayak ramai.
Kampanye yang digaungkan dalam konteks agar produk lokal lebih dicintai ini, mendapat pro kontra di tengah publik. Mulai dari Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, hingga pedagang pasar sudah merespons ajakan tersebut.
Tak mau ketinggalan, para pengusaha bioskop pun tak mau kalah, mereka meminta agar Jokowi mengampanyekan ajakan untuk kembali menonton di bioskop.
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin mengatakan, saat ini sudah tak terhitung jumlah bioskop yang buka tutup atau sudah benar-benar gulung tikar.
Pasalnya, tak berproduksinya industri film juga membuat mereka kian sepi kunjungan. Belum lagi tingkat kepercayaan masyarakat yang kian tergerus. Alhasil, satu bioskop kini mesti menanggung kerugian antara Rp 80 juta hingga Rp 150 juta per bulan.
"Satu lokasi paling kurang ada yang Rp 150 juta, satu bioskop Rp 150 juta paling kurang. Ada yang independen Rp 80 juta sebulan," jelas Djonny, di Jakarta, Minggu (7/3/2021).
Ini belum dihitung dengan total bioskop yang tersebar di 280 lokasi dan sekitar 2 ribu layar yang biasanya beroperasi di hari normal. Jika dikalikan, kata Djonny, kerugian keseluruhan sudah barang tentu mencapai puluhan triliun.
Dia berharap, Presiden Jokowi memperhatikan bioskop yang sebagian besar saat ini berada di jurang kebangkrutan.
Menurutnya, Presiden Jokowi bisa mengambil langkah sebagaimana gaya khasnya, yakni dengan datang langsung menonton ke bioskop. Dengan begitu, ia yakin okupansi yang saat ini hanya mencapai 15 persen, bisa terkerek.
"Pemerintah harus memberikan apresiasi, kampanye lah supaya orang ke bioskop. Pak Jokowi, kalau enggak amburadul perfilman kita," ujarnya.
Djonny melanjutkan, minimal bisa dengan memberikan pernyataan mengenai amannya bioskop buat dikunjungi. Selain itu, juga dengan memberikan arahan pada Kemenparekraf dan Kementerian Keuangan buat mengeluarkan insentif.
"Atau enggak usah ke bioskop, bikin statement aja bantu bioskop, sineas-sineas kita, pasti cepat itu departemen keuangan," ujar Djonny.
Karena itu, lanjut Djonny, mereka juga ambil bagian dalam surat yang dilayangkan insan perfilman Indonesia.
Secara khusus, ia meminta agar diberi insentif yang selama ini diharapkan, terutama keringanan sewa gedung dan listrik.
Sebagai informasi, para insan perfilman dari berbagai asosiasi pun meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Surat terbuka tersebut juga diposting ulang oleh aktris kenamaan Indonesia, Dian Sastrowardoyo.
Melalui akun instagramnya @therealdisastr, Dian membubuhkan caption pada unggahan surat terbuka itu.
“SURAT UNTUK PRESIDEN. Film Indonesia adalah milik kita semua, yang telah menjadi sahabat di banyak waktu, menjadi perekam banyak peristiwa bangsa untuk bisa kita jadikan renungan di kemudian hari. Membuat kita tertawa, terharu, terhibur, bahkan memandang diri kita,” tulis Dian Sastro mengawali caption dalam postingannya, Sabtu (6/3).
Menurut Dian, sebelum pandemi ini melanda, film Indonesia telah berhasil membawa wajah Indonesia ke penjuru dunia. Hal tersebut merupakan sebuah pencapaian positif sebagai hasil kerja keras dari puluhan ribu pekerja industri film Tanah Air.
Sayangnya, semua prestasi tersebut musnah akibat pandemi COVID-19.
Dian pun menyatakan kerinduannya serta seluruh insan perfilman Tanah Air untuk bisa kembali berkarya. Namun di masa yang sulit ini, Dian mengatakan, industri film butuh uluran tangan dan perhatian pemerintah.
“Film Indonesia bukan saja hiburan, tapi juga penyandang budaya. Kami ingin kembali bisa berkarya, untuk bisa menginspirasi dan membuka mata. Kami memohon dukungan Bapak Presiden Joko Widodo @jokowi. Dan seluruh rakyat Indonesia. #FilmlndonesiaFilmKita,” tandasnya.