WIKA Catat Kontrak Kerja Senilai Rp79,45 Triliun

Pasardana.id - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) masih mencatatkan kontrak kerja senilai Rp79,45 triliun.
Hal itu menjadi penopang kinerja dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito merinci, salah satu proyek yang sedang dikerjakan adalah pembangunan Jalan Tol Kunciran - Batu Ceper - Cengkareng.
“Pembangunannya hingga pekan kedua Agustus 2020 telah mencapai 87 persen dan kini pembangunannya sedang berfokus pada pekerjaan struktur dan perkerasan. WIKA menargetkan pembangunan tol ini dapat selesai pada akhir 2020,” kata Budi dalam siaran pers, Rabu (19/8/2020).
Ia menambahkan, tol ini nantinya membentang sepanjang 14,19 KM dan terbagi atas empat seksi. Seksi 1 Kunciran 44- interchange Sultan Ageng Tirtayasa, Seksi 2 interchange Sultan Ageng Tirayasa - Benteng Betawi, kemudian Seksi 3 Benteng Betawi - interchange Husein Sastranegara, serta Seksi 4 interchange Husein Sastranegara - Benda Junction.
Tol Kunciran - Batu Ceper - Cengkareng dimiliki oleh PT Jasamarga Kunciran Cengkareng yang mana mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. serta di dalamnya terdapat penyertaan saham oleh WIKA.
Sementara itu, WIKA juga sedang mengerjakan Terminal Kijing, Mempawah, Kalimantan Barat milik Pelindo II.
Terminal ini diproyeksikan untuk menyerupai pelabuhan - pelabuhan internasional besar lainnya di Indonesia dengan fasilitas modern.
Dengan kapasitas yang mencapai 2 juta TEUs menjadikannya sebagai terminal terbesar di Kalimantan.
Lebih lanjut dia menjelaskan, perseroan tengah mengerjakan keseluruhan lingkup pada proyek pelabuhan ini seperti pembangunan terminal di daratan, pembangunan dermaga di laut dan jalan akses penghubung dari daratan.
“Saat ini pembangunannya mencapai 63% dan kami sedang fokus pada pekerjaan pemancangan dermaga dan pekerjaan bangunan fasilitas darat," jelas Agung BW.
Selain itu, WIKA juga kini tengah menggarap beberapa proyek di luar negeri. Salah satunya adalah Istana Kepresidenan Republik Niger yang merupakan proyek pertama perseroan di wilayah Barat Afrika.
Sementara itu, pada akhir Juni 2020, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp324,75 Miliar. Hal itu didukung oleh penjualan Perseroan sebesar Rp7,13 Triliun yang mayoritasnya disumbangkan oleh proyek infrastruktur dan gedung.
"Pada kuartal II khususnya, tantangan pada sektor konstruksi memang cukup berat, sejumlah proyek terhenti atau mengalami perlambatan akibat keterbatasan akses material maupun penambahan pekerja yang akan masuk ke area proyek, sehingga hasil positif pada laporan keuangan Semester I ini menjadi catatan yang cukup impresif bagi kami," ungkap Agung,
Ia menambahkan, dengan rasio gross gearing dan net gearing perusahaan masing-masing hanya sebesar 1,26 kali dan 0,82 kali dari covenant sebesar 2,50 kali. Ini juga yang membuat lembaga rating international Fitch mempertegas pada rating BB dan national long term rating pada AA-
Lebih lanjut Agung mengungkapkan, bahwa Semester II menjadi momentum bagi WIKA untuk memulihkan ritme pekerjaan.
Terlebih lagi, sektor infrastruktur dengan penyerapan tenaga kerja masif menjadi salah satu andalan Pemerintah untuk memulihkan roda perekonomian. Ini menjadi peluang besar dan perlu dimanfaatkan dengan optimal.
"Kami memetakan lagi proyek-proyek yang memiliki skema pembayaran yang lebih cepat sehingga likuiditas keuangan kita tetap sehat. Untuk itu, kami lebih fokus kepada proyek yang berasal dari Pemerintah dan BUMN," jelas Agung.