Menteri Susi Pudjiastuti Merasa Malu Indonesia Menjadi Negara Kedua Terbesar Penyumbang Sampah Plastik

Pasardana.id - Masalah sampah plastik di Indonesia sudah sering menjadi sorotan publik. Melihat perkembangan masalah sampah plastik, pemerintah sudah harus mempercepat perbaikan sistem pengelolaannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8–12,7 juta ton, di antaranya terbuang dan mencemari laut.
Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48–1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
Data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. Tiongkok memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23–3,53 juta ton per tahun.
Padahal, kalau boleh dibilang, jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India, yaitu 187 juta jiwa. Namun, tingkat pencemaran plastik ke laut India hanya sekitar 0,09–0,24 juta ton per tahun dan menempati urutan ke-12. Artinya memang ada sistem pengelolaan sampah yang buruk di Indonesia.
Pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, terutama dari industri minuman. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai 24,2 persen secara tahunan (YoY).
Dalam kegiatan pawai Bebas Sampah Plastik yang diadakan Bundaran Hotel Indonesia ke Taman Aspirasi Monumen Nasional, Jakarta, pada Minggu, (21/72019) kemarin, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengaku malu lantaran Indonesia sampai saat ini menjadi negara penyumbang sampah plastik kedua terbesar di dunia.
"Kita malu jadi penyumbang sampah plastik nomor dua di dunia. Katanya bangsa hebat dan besar, tapi buang sampah nomor dua di dunia, tidak boleh," ujar Susi.
Susi memprediksikan pada 2040 jumlah sampah plastik di laut bisa lebih banyak daripada populasi ikan. Sehingga, para nelayan nantinya diproyeksi menangkap plastik ketimbang ikan.
Padahal, menurut dia, masyarakat Indonesia sangat membutuhkan asupan protein dari laut. Sebabnya, protein dari hewan laut seperti ikan dan udang lebih mudah dan murah didapat.
"Tapi nanti kita malah makan protein dari plastik, mau tidak?" ucapnya.