Total Dana Kelolaan Industri Reksa Dana per 30 September Naik 0,29% Jadi Rp495,09 Triliun

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Dilansir dari website Otoritas Jasa Keuangan, total dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksa dana hingga 30 September 2018 tercatat sebesar Rp495,09 triliun, atau mengalami peningkatan 0,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp493,66 triliun.

Selain itu, dana kelolaan reksa dana saham tercatat mengalami peningkatan 1,53 persen menjadi Rp146,32 triliun dari sebelumnya Rp144,11 triliun pada Agustus 2018.

Produk reksa dana konvensional masih berkontribusi paling besar terhadap total AUM industri.

Reksa dana saham (termasuk syariah) tercatat menjadi produk dengan AUM tertinggi yaitu sebesar Rp146,32 triliun atau dengan pangsa pasar (market share) mencapai 29,55 persen dari total AUM industri.

Selanjutnya di posisi kedua, reksa dana terproteksi (termasuk syariah) mencatat market share 28,46 persen, kemudian pasar uang (termasuk syariah) 9,46 persen dan campuran (termasuk syariah)  5,44 persen.

Adapun 5 besar perusahaan Manajer Investasi dengan AUM terbesar per September 2018:

  1. Schroder Investment Management Indonesia (Rp45,52 T)
  2. Mandiri Manajemen Investasi (RP43,39 T)
  3. Batavia Prosperindo Aset Manajemen (Rp39,29 T)
  4. Bahana TCW Investment Management (Rp36,98 T)
  5. Manulife Aset Manajemen Indonesia (Rp28,44 T)

Menurut Analis Market Pasardana.id, Arief Budiman, kenaikan dana kelolaan industri reksa dana mencerminkan masih adanya kepercayaan pelaku pasar yang menanamkan dananya di instrumen aset keuangan dalam negeri, khususnya reksa dana di tengah gejolak pasar keuangan global yang cukup tinggi.

Sekadar informasi, pada bulan September 2018, rupiah terdepresiasi hingga 1,19% terhadap dolar AS hingga ke level Rp 14.900/US$. Kombinasi faktor eksternal dan internal turun menjadi penyebab melemahnya mata uang Garuda terhadap greenback.

Adapun faktor eksternal, yakni penguatan dolar AS yang didukung oleh data-data ekonomi negeri Paman Sam yang terus menunjukkan perbaikan, seperti angka penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode September versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebesar 230.000, mengalahkan konsensus yang sebesar 185.000 saja.

Kemudian, ISM Non-Manufacturing PMI periode September diumumkan di level 61,6, juga mengalahkan konsensus yang sebesar 58.

Sementara dari dalam negeri, faktor internal yakni posisi defisit neraca transaksi Indonesia (current account deficit/CAD) yang semakin melebar membuat rupiah sulit bangkit dari keterpurukannya.