ANALIS MARKET : IHSG Diprediksi Bergerak Cenderung Negatif Hari Ini

Pasardana.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas memperkirakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak cenderung negatif hari ini.
Prediksi tersebut didasari beberapa faktor, antara lain; Dow Jones naik 8.8 poin ditutup pada level 21,182.5 setelah Senat melakukan dengar pendapat dengan mantan Direktur FBI.
Adapun hasil hitung cepat Pemilu Inggris mengindikasikan PM Theresa May mendapatkan mayoritas suara di Parlemen, namun dengan jumlah kursi yang lebih sedikit dari sebelumnya. Sedangkan rapat ECB memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan.
Sebelumnya, diperdagangan Kamis (08/6) kemarin, penembusan IHSG ke bawah level terendah sebelumnya pada 5,693 berpotensi memicu koreksi lanjutan.
“Menyikapi kondisi diatas, kami memperkirakan IHSG bergerak cenderung negatif hari ini," sebut analis Kiwoom Sekuritas yang dilansir dari laman resminya, Jumat (09/6/2017).
Lebih lanjut juga diungkapkan, beberapa aksi korporasi para emiten juga perlu di cermati pelaku pasar. Diperkirakan, aksi korporasi tersebut dapat mempengaruhi pola pergerakan indeks diperdagangan hari ini. Beberapa aksi korporasi yang dimaksud, antara lin;
CITA - Pembangunan smelter
PT Cita Mineral Investindo (CITA) berencana membangun pabrik pemurnian bauksit atau smelter great alumina (SGA) tahap II dibawah entitas PT Well Harvest Winning Alumina Refinery dengan nilai investasi diperkirakan mencapai US$ 360 Juta- US$ 400 Juta.
Sebelumnya, perseroan telah memulai produksi alumina sejak Agustus tahun lalu, dimana hingga Maret 2017 ekspor alumina mencapai 600 ribu ton. CITA menargetkan penjualan 1 juta ton tahun ini dengan asumsi pruduksi 2,700 ton per hari.
BEST - Penjualan lahan
Manajemen PT Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) mengungkapkan akan segera menutup penjualan lahan seluas 7 Ha bulan ini. Selama 5M 2017 BEST telah membukukan penjualan lahan industri seluas 12 Ha kepada 2 perusahaan dengan luas 7 Ha diantaranya dijual kepada perusahaan consumer goods patungan antara lokal dan asing yang merelokasi industrinya dari Jakarta ke Bekasi sementara 5 Ha dijual kepada perusahaan otomotif dari Jepang.
BEST sedang dalam proses penjualan lahan baru seluas 7 Ha pada bulan ini kepada perusahaan Jepang yang berak dalam bidang industri elektronik. BEST optimis dapat mencapai target penjualan antara 30 Ha hingga 40 Ha pada tahun ini. Sementara itu, BES menargetkan dapat menambah cadangan lahan antara 50 Ha hingga 60 Ha pada tahun ini.
INDF - Tambah kapasitas produksi Bogasari
PT Indofood Sukses Makmur (INDF) berencana memperbesar kapasitas produksi tepung anak usaha, PT Bogasari Flour Mills untuk mempertahankan penguasaan pangsa pasar di bisnis tepung terigu.
Saat ini, unit bisnis tepung INDF masih menguasai 51% pasar tepung terigu di Indonesia. Total penambahan kapasitas (upgrading) ada tiga lini produksi di pabrik Bogasari yang ditambah dan akan menaikkan kapasitas produksi sebesar 400 ton per hari.
Saat ini kapasitas ketiga lini produksi tersebut adalah 800 ton per hari. Saat ini, total kapasitas produksi Bogasari mencapai 16,450 ton per hari Sehingga nantinya kapasitas produksi menjadi 18,000 ton per hari. Selain penambahan lini produksi, INDF juga akan menambah silo penyimpanan. Total nilai investasi yang dibutuhkan untuk ekspansi tersebut mencapai Rp 2 Triliun dengan sumber berasal dari alokasi belanja modal yang disediakan oleh INDF.
MDTL - Belanja modal
PT Metrodata Electronics (MDTL) mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 363.5 Miliar. Sebagian besar dana belanja modal akan digunakan untuk investasi hardware sebesar Rp 200 Miliar dan juga pembangunan gudang senilai Rp 133.5 Miliar.
Selebihnya Rp 15 Miliar akan digunakan untuk perluasaan kantor dan Rp 15 Miliar untuk kebutuhan tekhnik informatika. Selain itu, perseroan juga telah membeli lahan di Cikarang seluas 20,000 m2 senilai Rp 61 Miliar yang akan untuk pembangunan fasilitas gudang perseroan pada 2H 2017 dan diharapkan selesai Agustus 2017.
SSMS - Rencana emisi obligasi global
PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) berencana menerbitkan surat utang berdenominasi dollar US$ atau global bond dengan nilai emisi mencapai US$ 300 Juta atau setara Rp 3.99 Triliun. Obligasi ditawarkan dengan kupon 6.35%-8% per tahun dengan tenor lima hingga tujuh tahun.
Hasil dana obligasi global akan digunakan untuk refinancing atau ekspansi. SSMS akan mendirikan entitas anak usaha yang bertugas untuk menerbitkan obligasi yang akan ditawarkan kepada calon pembeli dan penerimaaan hasil penawaran obligasi.