Shanghai Composite Melemah 24,43 Poin

Pasardana.id - Indeks Shanghai Composite melemah 24,43 poin, atau sekitar 0,79 persen, dari sesi sebelumnya pada Senin (8/5/2017), menjadi 3.078,61. Sedangkan indeks blue-chip CSI 300 turun 0,7 persen menjadi 3.358,81. Sebagian besar sektor melemah, terutama perbankan dan properti.
Seperti dilaporkan Reuters, angka penutupan indeks Shanghai Composite merupakan yang terendah sejak pertengahan Oktober lalu. Sedangkan indeks start-up ChiNext anjlok 1,6 persen mencapai level terendah dalam 20 bulan terakhir.
Pelemahan angka indeks dipicu meningkatnya kekhawatiran para investor terhadap pengetatan regulasi oleh pemerintah Tiongkok. China Insurance Regulatory Commission (CIRC) telah melarang Anbang Life Insurance, unit asuransi dari konglomerat bisnis Tiongkok Anbang Group, meluncurkan produk baru dalam tiga bulan ke depan sebagai upaya mencegah terlalu agresifnya pergerakan perusahaan tersebut menggalang dana dari masyarakat.
Para investor memiliki kekhawatiran bahwa upaya pihak regulator mengendalikan sektor finansial menyebabkan pertumbuhan perekonomian Negeri Panda menjadi terhambat.
Data perdagangan Tiongkok pada April menunjukkan pertumbuhan yang masih solid, meneruskan hasil kuartal pertama yang positif. Namun laju pertumbuhan mulai berkurang setelah pemerintah TIongkok berupaya menekan laju peningkatan resiko hutang dan perkembangan sektor properti.
Bank sentral Tiongkok telah secara hati-hati melakukan pengetatan kebijakan dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya mengurangi jumlah pinjaman sektor bisnis. Longgarnya kebijakan Negeri Panda yang berlangsung bertahun-tahun memicu membengkaknya jumlah pinjaman. Hutang korporasi secara keseluruhan yang harus dilunasi tahun ini mencapai US$130 miliar, sedangkan pada 2018 sebesar US$248 miliar.
Pengetatan kebijakan yang terjadi berimbas terhadap koporasi TIongkok. Perusahaan-perusahan di negara tersebut akan menghadapi kesulitan mendapatkan kredit dalam beberapa bulan ke depan, seiring mengkerutnya pasar obligasi domestik dan meningkatnya tekanan terhadap perbankan.
Perusahaan-perusahaan pengembang properti TIongkok berusaha keras mendapatkan alternatif pembiayaan luar negeri dalam mengantisipasi kebijakan pemerintah terhadap harga rumah yang terus meningkat.